LITERATURE REVIEW : SEMIOTIKA MUSIK DARI PENYANYI SOLO ARTIS KOREA YANG BERNAMA IU
Abstrak
Artikel ini menganalisis semiotika musik Korea melalui karya-karya IU, seorang penyanyi dan penulis lagu terkenal. Penelitian ini mengeksplorasi simbolisme dan makna yang terkandung dalam lirik, melodi, dan visualisasi video musik IU. Metode: Literatur review dilakukan berdasarkan issue, metodologi, persamaan dan proposal penelitian lanjutan. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, artikel ini mengungkap bagaimana IU memanfaatkan tanda-tanda dan simbol untuk menyampaikan pesan emosional dan budaya kepada pendengarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik IU tidak hanya mencerminkan identitas pribadi dan artistiknya, tetapi juga merefleksikan dinamika sosial dan budaya Korea kontemporer.
Pendahuluan
Musik merupakan salah satu medium komunikasi yang kaya akan makna dan simbol. Anak-anak muda saat ini mulai menggandrungi tren K-Pop. K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Lagu K-Pop yang saat ini banyak penggemarnya hingga hampir seluruh dunia menyukainya yakni IU dengan nama asli Lee Ji Eun lahir 16 Mei 1993 adalah seorang penyanyi-penulis lagu, produser, model dan Aktris berasal dari Korea. Nama panggungnya berasal dari kata "I and You (Aku dan Kamu)" yang melambangkan bahwa "kita" dapat menjadi "satu" melalui musik. Nama klub penggemarnya yaitu UAENA, di mana setiap suku kata memiliki arti yang berbeda: "you (kamu)" dari Bahasa Inggris, "ae" adalah Sino-Korea untuk "cinta", dan "na" adalah Bahasa Korea untuk "aku". IU melakukan debut di usia 15 tahun pada 2008, di bawah naungan Leon Entertaiment (sekarang EDAM Entertaimen) sebagai penyanyi dengan album mini pertamanya Lost and Found. Meskipun album selanjutnya, Growing Up (album IU) dan IU...IM membawa kesuksesan, namun perilisan lagu "Good Day" (bahasa Korea: 좋은 날), yang merupakan single utama dari album 2010-nya, Real adalah kesuksesan besar dari penyanyi tersebut yang membuatnya mendapatkan ketenaran nasional di korea selatan. "Good Day" menghabiskan waktu lima minggu berturut-turut berada di posisi teratas Tangga Lagu Digital Gaon Korea Selatan, dan pada tahun 2019, lagu ini menduduki peringkat nomor satu dalam daftar "100 Lagu K-Pop Terbaik dekade 2010an" oleh majalah Billboard. Dalam konteks musik populer Korea, atau yang lebih dikenal dengan K-Pop, berbagai elemen musik, lirik, dan visualisasi sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang kompleks. IU, seorang penyanyi dan penulis lagu terkemuka di Korea Selatan, telah berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya populer, tetapi juga kaya akan makna semiotika. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana IU menggunakan tanda-tanda dan simbol dalam musiknya untuk menyampaikan pesan emosional, sosial, dan budaya, serta bagaimana interpretasi ini dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai dinamika masyarakat Korea kontemporer. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam. Penelitian tersebut diambil untuk dilakukan
analisis melalui literature review.
Bahan dan Metode
Penelitian ini menggunakan karya musik dari penyanyi solo Korea Selatan, IU, sebagai bahan utama. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisis lagu-lagu IU. Metode semiotik yang diterapkan melibatkan analisis tanda-tanda musik dan lirik yang terdapat dalam setiap lagu. Proses analisis dimulai dengan mendengarkan dan memahami lirik serta melodi lagu secara mendalam, diikuti dengan identifikasi tanda-tanda signifikan yang muncul. Tanda-tanda ini kemudian dikategorikan dan diinterpretasikan berdasarkan teori semiotika musik. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji konteks budaya dan sosial yang mempengaruhi penciptaan dan penerimaan lagu-lagu IU. Data tambahan diperoleh melalui tinjauan literatur, wawancara dengan penggemar, serta analisis media sosial untuk memahami persepsi publik terhadap karya IU.
Literature Review
1. Penulis : Mahargyantari P. Dewi1
Judul : Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres berpengaruh negatif, baik terhadap fisik maupun psikologis. Stres yang berpe‐ngaruh negatif bagi fisik seperti penelitian yang dilakukan oleh Lindquist (1997) dan Chandola (2006). Penelitian mengenai dampak negatif stres bagi psikologis seperti yang dilakukan Winefield (2002). Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang (Djohan, 2006). Terapi musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006). Campbell (2001) menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan. Campbell (2001) selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan;(2) musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik mempengaruhi pernapasan; (4) musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi kita tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; dan (16) musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dapat secara langsung maupun tidak langsung mengurangi stres. Penelitian mengenai manfaat musik untuk mengurangi rasa sakit (Richards, Johnsons, Sparks, & Emerson, 2007; Magill, 2001; Pleaux, Baryza, & Sheridan, 2006), kecemasan (Ruiz, 2005; Kenny, 2005), stres (Noguchi, 2006; Scheufele, 2000; Cheek, Bradley, Parr, & Lan, 2003; Clark et al., 2006). Berdasarkan uraian di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa musik dapat menurunkan stres.
2. Penulis : Eka Titi Andaryani
Judul : Pengaruh Musik Dalam Meningkatkan Mood Booster Mahasiswa
Hasil : Ada banyak hal yang membuat manusia khususnya mahasiswa menjadi depresi, karena kita tahu bahwa yang namanya hidup pasti ada masalah. Masalah akan memengaruhi jiwa dan kondisi emosional seseorang yang mengalaminya, ketika seseorang tidak bisa meredam
diri terhadap permasalahan yang dia alamai maka akan terjadi ledakan emosi yang dapat
menyebabkan depresi tinggi atau stress. Berdasarkan beberapa studi, musik terbukti dapat
memengaruhi pikiran dan perasaan manusia. Musik dapat memberikan energi-energi positif
ketika kita sedang dilanda kepenatan dalam mengadapi suatu permasalahan. Musik dapat
dijadikan moodboster saat jenuh baik dengan mendengarkan dan meninkmati musik saja
ataupun memainkan alat musik dan bernyanyi secara langsung keduanya mampu mengubah
kondisi pikiran dan perasaan yang sedang dialami.
3.Penulis : Prenika Yuniar, Jessica Kesya Sitoena, Dody Marlito Matius, Gian Betelino Obed
Judul : Sejarah Musik sebagai Dasar Pengetahuan dalam PembelajaranTeori Musik
Hasil : pada dasarnya teori musik adalah hal yang paling utama yang harus kita ketahui
dalam bermusik. Musik sangat penting dan musik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Tetapi tanpa pembelajaran atau prektek musik itu tidak akan bisa berkembang. Melalui adanya mata kuliah di sebuah kampus tentang teori musik itu sangat membantu mahasiswa dalam pengembangan musik. Pembelajaran musik tetap membutuhkan keterampilan berpikir kritis serta berpikir kreatif, melalui pemaparan diatas kita dapat memahami tentang bagaimana cara kita menerapkan teoriteori musik didalam kehidupan dan dikalangan masyarakat. serta didalam pembelajaran kita, bukan hanya menganggap bahwa musik hanya sekedar untuk hiburan dan kesenangan saja. Tetapi juga sebagai media penghayatan, memenuhi kebutuhan akan sebuah keindahan dan sebagai pengiring aktivitas
kita.
4. Penulis : Catherine Valenciana & Jetie Kusmiati Kusna Pudjibudojo
Judul : Korean Wave; Fenomena Budaya Pop Korea pada Remaja Milenial di
Indonesia
Hasil : Maraknya Korean Wave di Indonesia tidak terlepas dari era modernitas dewasa ini. Korean Wave tersebar melalui gadget, sosial media dan internet yang dapat diakses secara mudah dan cepat, terutama pada kalangan remaja milenial. Kecintaan remaja terhadap K-Pop ditunjukkan dengan hafalnya lirik lagu K-Pop dan sering menyanyikan lagu tersebut di hadapan umun, di kelas, ataupun di mana saja. Tidak hanya bernyanyi, sejumlah remaja gemar mengikuti K-Pop dance challenge
yang sedang marak di sosial media.Para remaja penggemar K-Pop mengoleksi lagu, CD original, dan poster idola mereka. Tidak hanya atribut musik saja, tetapi juga mengoleksi baju, jaket, topi yang bisa mengidentifikasikan mereka bahwa mereka seorang penggemar. Di era modernisasi ini, para remaja menggunakan teknologi yang lebih maju, mudah dan cepat, yaitu streaming. Tanpa perlu mengunduh, mereka sudah bisa mendengarkan musik dari para idola mereka.Para remaja sangat antusias
terhadap maraknya Korean Wave di Indonesia. Namun sebagai anak Indonesia, diharapkan para remaja Indonesia mampu bersikap kritis terhadap budaya Korean Wave dan tetap menjaga serta melestarikan budaya lokal. Sebaiknya remaja milenial yang menyukai K-Pop tidak menutup mata dan telinga pada
musik-musik pop Indonesia. Indonesia juga perlu berbenah untuk berkualitas lebih baik. Ada baiknya
Indonesia mencontoh Korea dalam industri hiburan. Misalnya dalam membuat program televisi atau series remaja dengan episode yang pendek, cerita dengan latar belakang kehidupan remaja sehari-hari, juga memasukkan unsur-unsur budaya bangsa Indonesia di dalam program televisi tersebut. Begitu
pula dengan musik pop Indonesia, sebaiknya mempopulerkan musik-musik dengan lirik yang cinta nasionalisme dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
5. Penulis : Dinda Wahyu Pertamasari, Lucy Pujasari Supratman
Judul : Proses Komunikasi Intrapersonal Remaja Dalam Mendengerkan
Lagu Korea
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, serta data-data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara dan observasi dengan enam informan yaitu lima informan
kunci dan satu informan ahli.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang tumbuh dalam diri remaja saat mereka
mendengarkan lagu korea adalah karena rekomendasi teman, efek drama korea, lagu yang mudah
didengarkan dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Komunikasi intrapesonal dapat terjadi karena remaja-remaja tersebut telah melalui tahapan yang ada
dalam proses komunikasi intrapersonal yaitu tahap sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Terdapat
beberapa faktor yang mempengarusi komunikasi intrapersonal pada remaja dan hal tersebut dapat
mempengaruhi kegiatan sehari-hari yang dilalui oleh informan.
6. Penulis : Syafril Alam dan Ansgrasia Jenifer Nyarimun
Judul : Musik K-POP Sebagai Alat Diplomasi Dalam Soft Power Korea Selatan
Hasil : Dengan perkembangan teknologi
informasi dan kemajuan teknologi saat
ini, tidak dapat dipungkiri bahwa peran
budaya sebagai identitas bangsa atau
negara dapat mempengaruhi negara
tersebut. Jika idealnya suatu budaya
merupakan suatu identitas, jati diri, atau
ciri khas dari suatu negara, maka saat ini
budaya bukan hanya sebatas hal tersebut,
melainkan juga dapat memberikan
keuntungan bagi pemerintah dan negara.
Hal ini dibuktikan dengan perkembangan
budaya musik K-Pop atau Korean Pop
yang merupakan aliran musik yang
berasal dari Korea Selatan.
Perkembangan musik K-Pop yang begitu
luas di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia, memberikan dampak positif
bagi Korea Selatan, di antaranya
keuntungan ekonomi dan peningkatan
citra Korea Selatan. Keuntungan
ekonomi yang berasal dari musik K-Pop
dapat dilihat dari pendapatan tahunan
manajemen artis yang berasal dari
industri musik K-Pop, seperti MBK
Entertaiment yang memperoleh 1,2
triliun rupiah, SM Entertaiment yang
mengeruk keuntungan 10 triliun rupiah,
JYP Entertaiment yang mendapatkan 2,1
triliun rupiah, dan YG Entertainment
yang memperoleh 8,2 triliun rupiah.
Selain itu, kita juga dapat
melihatnya dari pengaruh industri musik
KPop terhadap perekonomian Korea
Selatan. Jumlah konser artis-artis KPop
di seluruh dunia sampai November 2016
mencapai jumlah 3.079. Kemudian,
produk-produk asal Korea Selatan yang
dipromosikan oleh artis-artis KPop
banyak beredar di pasaran, contohnya
kosmetik. Di Indonesia, banyak dibuka
outlet kosmetik Korea Selatan yang
kemudian menarik minat masyarakat,
seperti Etude House dan The Face Shop.
Merk kosmetik Etude House membuka
38 gerai tokonya di seluruh Indonesia
dan The Face Shop bahkan mengalami
peningkatan pendapatan sebesar 19%
dari penjualannya di Indonesia.
Pengaruh terhadap citra Korea
Selatan dapat dilihat dari banyaknya
wisatawan asing yang berkunjung ke
Korea Selatan, di mana jumlah
wisatawan asal Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
2016, ada 1.481.130 wisatawan yang
berkunjung, meningkat 279.990
wisatawan dari tahun sebelumnya. Selain
itu, peningkatan wisatawan juga
menambah pendapatan negara. Produk-produk asal Korea Selatan seperti
kosmetik yang banyak beredar di
pasaran bahkan menjadi produk favorit. Di samping itu, peningkatan citra
Korea Selatan juga dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat Indonesia yang
mengikuti gaya busana dan riasan para
artis K-Pop ataupun ikut menari dan
menyayikan lagu-lagu berbahasa Korea.
Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi
yang dilakukan Korea Selatan melalui
musik KPop berhasil menarik minat
masyarakat negara lain, salah satunya
Indonesia.
Musik KPop yang awalnya
hanya sebatas produk industri hiburan
ternyata dijadikan sebagai alat diplomasi
dalam mencapai kepentingan soft power
bagi Korea Selatan. Peran aktor-aktor
yang mendukung perkembangan musik
KPop menjadi salah faktor yang sangat
membantu perkembangan musik KPop.
Aktor-aktor yang terlibat bukan hanya
manajemen artis dan para artisnya,
melainkan juga pemerintah dan chaebol
(konglomerasi) yang memberikan
bantuan finansial atau saham kepada
manajemen artis K-Pop untuk
mendukung perkembangan musik KPop. Pemerintah Korea Selatan juga
memberikan alokasi khusus, yaitu 1%
dari pendapatan negara, untuk promosi
dan bantuan pinjaman dana bagi
perkembangan industri musik K-Pop.
Bentuk diplomasi yang dilakukan
melalui musik K-Pop adalah diplomasi
budaya di mana dalam peredarannya,
para artis K-Pop ini menyebarkan
budaya mereka melalui bahasa, lagu, dan
tarian yang mereka tampilkan. Selain itu,
mereka menyebarkan pula budaya lain
seperti gaya berbusana yang unik dan
menjadi ciri khas mereka. Artis K-Pop
yang terkenal dengan kecantikan dan
ketampanannya juga menjadi faktor yang
menarik masyarakat negara lain
menyukai K-Pop. Hal-hal tersebut dapat
menarik masyarakat negara lain untuk
datang dan melihat pertunjukan artis KPop di Korea Selatan sekaligus
mempromosikan kebudayaan Korea
Selatan. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya antusiasme masyarakat
dalam menonton pertunjukan atau konser
artis K-Pop.
Penulis mengakui bahwa cara
yang ditempuh oleh pemerintah Korea
Selatan dalam mengembangkan industri
kreatifnya sangatlah luar biasa di mana
dalam perkembangannya terjadi
sinergisitas antara pemerintah dan
pengusaha dalam mengembangkan
industri kreatif tersebut. Hasilnya, semua
pihak, baik pemerintah Korea Selatan
sendiri maupun perusahaan atau
manajemen, artis K-Pop, dan masyarakat
Korea Selatan, memperoleh keuntungan.
Dengan meningkatnya perekonomian
Korea Selatan maka akan meningkat
pula kesejahteraan masyarakatnya.Penulis berharap agar Pemerintah
Indonesia dapat lebih mendukung
industri kreatif di Indonesia, apalagi
Indonesia adalah negara yang memiliki
keanekaragaman suku dan budaya yang
dapat ditampilkan sebagai identitas dan
jati diri bangsa. Selain itu, penulis
berharap agar generasi muda Indonesia
dapat menciptakan ide dan suatu karya
yang dapat membawa nama baik bangsa
di dunia internasional, seperti budaya KPop dari Korea Selata
7. Penulis : Aisyah Sekar Apsari
Judul : Analisis Semiotika Pada Lirik Lagu Yukieoui Norae Karya Park Doojin
Hasil : Lagu Yukioeui Norae (6.25 의 노래) merupakan salah satu contoh lagu
perjuangan Korea Selatan. Lagu ini ditulis oleh seorang penyair Korea Selatan
bernama Park Doojin dan disebarkan dalam bentuk pamflet yang dicetak dan
didistribusikan oleh Dinas Informasi Publik Korea untuk meningkatkan semangat
patriotik rakyat Korea Selatan terhadap penyerangan yang dilakukan oleh Korea Utara
pada 25 Juni 1950 sebagai titik awal terjadinya Perang Korea.
Dilihat dari makna secara keseluruhan lagu Yukioeui Norae (6.25 의 노래),
makna denotasi dalam lagu ini menggambarkan situasi dan keadaan rakyat Korea
Selatan selama Perang Korea. Sedangkan makna konotatif dalam lagu ini
mengekspresikan luapan emosi dan upaya rakyat Korea Selatan untuk mendapatkan
keadilan dan kebebasan hidup. Makna denotasi pada bait pertama yaitu dampak traumatis dari peristiwa
perang Korea yang masih berada di ingatan rakyat Korea Selatan. Lalu di bait kedua
makna denotasinya adalah rasa percaya dan harapan rakyat Korea Selatan kepada
Tuhan untuk dapat tetap kuat dalam menghadapi para musuh. Kemudian makna
denotasi dari bait terakhir adalah harapan agar peristiwa yang telah terjadi tidak
terulang kembali di masa depan.
Sedangkan untuk makna konotasi hanya ditemukan dalam enam lirik. Pada bait
pertama terdapat makna konotasi penggambaran perasaan sedih, marah, dan kecewa
rakyat Korea Selatan atas peristiwa yang terjadi. Makna konotasi pada bait kedua.adalah penggambaran musuh dan para pahlawan yang ada dalam Perang Korea. Makna
konotasi pada bait ketiga menggambarkan bentuk pengabdian diri rakyat Korea
Selatan yang bersedia menjadi garda terdepan bagi bangsa dan negara.
8. Penulis : Dio Prasetyo, Merry Fridha Tri Palupi, Judhi Hari Wibowo
Judul : Pesan Postfeminisme Dalam Video Klip dan Lirik Lagu Aespa – Savage (Analisis Semiotika John Fiske)
Hasil : Berdasarkan data melalui video klip dan lirik lagu pada Aespa - Savage, peneliti
menunjukkan bahwasannya terdapat sebuah pesan postfeminisme yang terdapat dalam video
maupun lirik lagu, yang mana perempuan memiliki kebebasan dan punya hak untuk
menyampaikan pesan perubahan gaya hidup yang sesuai dengan mereka inginkan agar
mereka merasakan kenyamanan sebagai perempuan yang untuk menentukan kebebasan agar
mereka mendapatkan kebahagian itu sendiri tanpa diatur maupun mendapatkan diskriminasi
oleh orang lain. Hasil temuan peneliti dalam penelitian ini melalui video klip maupun lirik
lagu menunjukkan bahwasannya terdapat pesan postfeminisme terdapat level realitas yang
meliputi tentang ras dan riasan yang formal serta bisa digunakan dalam sehari-hari yang tidak
terlalu mencolok, level representasi menggunakan teknik pengambilan kamera serta teknik
pencahayaan dalam video klip, dan level ideologi menunjukkan pesan postfeminisme bahwa
perempuan tidak layak untuk mendapatkan diskriminasi maupun secara fisik atau mental
serta perempuan mempunyai kebebasan hak yang ingin disampaikan tanpa diatur oleh
patriarki dan perempuan dapat menyuarakan haknya melalui media baik media lama maupun
media baru.
Berdasarkan penelitian diatas serta kesimpulan yang sudah diuraikan oleh peneliti,
peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti
memberikan rekomendasi atau saran kepada peneliti selanjutnya untuk penelitian video klip
Aespa – Savage maupun fenomena-fenomena lainnya dengan menggunakan metode analisis
semiotik John Fiske. Peneliti mengemukakan beberapa saran atau rekomendasi, dengan
harapan dapat bermanfaat bagi semua orang, Kepada sineas muda diharapkan untuk dapat
membuat karya seni yang serupa atau dapat terinspirasi dengan video klip ini dengan disertai
pesan postfeminisme agar penonton dapat mengubah pola pikir terhadap perempuan.
9. Penulis : Ratu Laura M.B.P , Ratu Nadya Wahyuningratna , Vinta Sevilla
Judul : REPRESENTASI KECEMASAN DAN HOPELESSNESS DALAM LIRIK
LAGU BTS "BLACK SWAN”
(KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Hasil : BTS adalah salah satu boyband yang memiliki tema-tema unik dalam setiap lirik lagunya.
Melalui lagu Black Swan, BTS mengangkat masalah sosial yang berkaitan dengan kesehatan
mental pada pekerja di dunia hiburan. Berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes, diketahui
bahwa setiap makna denotasi dan konotasi yang ada dalam lirik lagu tersebut mengandung
kecemasan dan keputusasaan para personel BTS di dunia hiburan. Kedua hal tersebut
merupakan dampak dari keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali dialami para selebriti,
khususnya di Korea.
Kecemasan dan keputusasaan yang dialami baik oleh para artis maupun masyarakat
lainnya tidak dapat dianggap sepele. Diperlukan penanganan khusus dari para ahli untuk
menjaga kesehatan mental para artis khususnya, sehingga lebih terjaga. Untuk penelitian
selanjutnya diharapkan dapat membahas analisis semiotika dengan pendekatan lain, sehingga
dapat mengetahui interpretasi lirik secara lebih mendalam. Selain itu dapat dilakukan pula dengan
analisis perbandingan akan dua lirik dengan tema yang sama.
10. Penulis :Argenta Diansyah Pradana, Didik Hariyanto
Judul : Semiotika dalam Lagu OMG oleh New Jeans Mendekripsi
Realitas Industri Kpop
Hasil : Pada penelitian ini adalah MV New Jeans "OMG" menggambarkan realitas
industri hiburan korea yang diterima personel idol K-Pop yang dituntut sempurna oleh penggemar.
Mereka dibentuk seperti itu oleh agensi mereka untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
konsumen atau penggemar yang beranekan ragam. Beberapa dari mereka menjalani hal tersebut
tidak dengan senang hati, adapula yang tertekan karena mereka dibentuk karena tuntutan tidak
seperti menjadi diri mereka sendiri. Mereka dibentuk untuk mencari banyak penggemar,
mempunyai banyak penggemar memang menguntungkan. Akan tetapi banyak penggemar juga
memiliki beban yang berat, karena harus menjadi seperti yang diinginkan mereka. Apabila suatu
idol tidak seperti yang diharapkan mereka tentunya akan muncul suatu pergolakan dari fans yang
bisa mempengaruhi kehidupan pribadi dari seorang idol. Saran dari penelitian selanjutnya adalah
untuk lebih banyak membahas tentang sisi lain atau realitas pada industry K-Pop, karena untuk
sekarang masih sedikit yang membahas tentang sisi lain atau realitas pada industry K-Pop.
Kebanyakan dari mereka hanya memperlihatkan keberhasilan atau sisi luar dari industri tersebut.
11. Penulis : Adinda Rinanda, Achiriah, Abdul Rasyid
Judul : ANALISIS PESAN SELF LOVE DALAM LIRIK
LAGU ANSWER: LOVE MYSELF PRODUCED BY
BEYOND THE SCENE (BTS)
(Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure )
Hasil : Berdasarkan penyajian data peneliti serta hasil analisa yang diperoleh
dari data yang berbeda, beberapa kesimpulan yang bisa dipetik dari riset ini
diantaranya:
Sebuah lagu bukan hanya memuat suara serta lirik, melainkan juga
mengandung pesan serta arti didalamnya. BTS menciptakan sebuah lagu yang
mengandung pesan dan arti di karya tersebut. Pesan dan arti ini bisa
ditempatkan sebagai simbol lagu. Sebuah simbol tidak hanya suatu patung
yang bisa diraba, tetapi simbol juga terkandung dalam suatu tulisan, termasuk
lagu, meskipun tidak bersifat materi serta bisa diraba, namun simbol tersebut
bisa berkomunikasi dengan indera lainnya, sehingga dapat menjadi. untuk
didengar oleh telinga. yang merasa ingin melakukannya.
Pesan cinta diri yang dapat terkandung dalam lagu ini, lagu ini
mewakili pesan bahwa kita harus percaya dengan hal-hal yang sedang
diperjuangkan, pada kekuatan yang dimiliki diri dan dapat berdamai dengan
masa lalu, untuk membuatnya sampai akhir damai menjadi pribadi yang lebih
baik lagi. Percaya diri adalah bagian dari cinta diri dan pasti dapat membantu
membawa energi positif kepada orang-orang dalam hidup Anda saat Anda
berpikir atau membuat keputusan. Setiap lagu BTS selalu tentang bagaimana
perasaan orang serta tindakan mereka yang dilakukan dalam sehari-hari. Ini
memastikan bahwa pesan yang dikirim berhasil terkirim.
12. Penulis : Diany Indriningtiyas
Judul : BRAND AMBASSADOR ARTIS KOREA PADA E-COMMERCE DI
INDONESIA
Hasil : Bentuk dari brand ambassador artis Korea pada
e-commerce di Indonesia sebenarnya sudah
cukup tepat mengingat akan adanya Korean
Wave atau Hallyu yang menyebar di seluruh
dunia terutama Indonesia. Adanya Korean
Wave atau Hallyu di Indonesia membuat para ecommerce berlomba-lomba menggunakan artis
Korea sebagai brand ambassador dalam
membentuk reputasi yang lebih bagus lagi serta
mendapatkan keuntungan yang lebih banyak
lagi.
Untuk pemilihan brand ambassador
yang didasari dengan Visibility (kepopuleran)
walaupun artis Korea tersebut memiliki banyak
fans tetapi para pengguna e-commerce tidak
akan terpengaruh dengan artis Korea tersebut
karena bagi mereka berbelanja sesuai dengan
kebutuhan atau tertarik dengan suatu produk
yang menarik perhatian dari konsumennya.
Credibility (kredibilitas) artis Korea yang
mempunyai fans yang loyal akan selalu
mendukung mereka tetapi berbeda dengan
pengguna lama e-commerce mereka tidak
peduli akan artis Korea tersebut. Attraction
(daya tarik) para fans akan berlomba-lomba
untuk mendukung artis tersebut seperti membeli
barang-barang yang berbau tentang Korea dan
artis yang mereka sukai karena akan adanya gift
yang mereka dapatkan. Sama halnya dengan ecommerce di Indonesia para e-commerce
tersebut akan memberikan gfit berubapa
photocard, poster bertanda tangan artis tersebut,
bahkan sampai memberikan tiket gratis untuk
meet and greet. Power (kekuatan) yang dimiliki
artis Korea adalah kharimastik dan juga fans
yang banyak sehingga fans akan selalu
mendukung mereka apapun yang mereka
lakukan.
Berdasarkan output penelitian pada atas,
malalui VisCAP bisa disimpulkan bahwa
sebenarnya hal tersebut tidak ada pengaruhnya
bagi para e-commerce menggunakan artis korea
untuk brand ambassador bagi para pengguna
lama e-commerce karena bagi mereka
berbelanja online hanya untuk kebutuhan dan
keracunan barang barang yang mereka liat di
iklan media sosial yang menurut mereka barang
tersebut lucu, murah, kualitas bagus serta
diskon yang sangat menggiurkan. Untuk
pengguna yang sering berbelanja online di ecommerce mereka sama sekali tidak akan peduli akan adanya gift yang e-commerce berikan
karena mereka berniat untuk berbelanja sesuai
kebutuhan saja. Walaupun sebenarnya mereka
tau brand ambassador dari e-commerce
tersebut hanya saja mereka tidak
memperdulikannya kecuali untuk brand
ambassador dari suatu produk atau merek
seperti makeup, skincare, dan lain-lain dengan
artis lokal.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
penelitian tambahan tentang brand ambassador
artis korea dari berbagai variabel lain dan aspek
lainnya bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini
mendapatkan hasil dari melihat banyaknya artis
korea menjadi brand ambassador dari brand di
Indonesia terutama ada e-commerce.
13. Penulis : Rany Rosaria Iriany
Judul : KONSTRUKSI IMAGE PSY: ARTIS GANGNAM
STYLE
Hasil : Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Psy sedang mengonstruksikan image-nya
sebagai artis K-Pop yang mematahkan stereotype standar seorang artis K-Pop dari
segi visual, verbal, dan nonverbal. Melalui hal tersebut, Psy mengonstruksikan bahwa ia adalah artis dari Korea, yang berbeda (dari ketiga aspek tersebut) dan
tidak takut untuk menunjukkan perbedaannya di antara standarisasi yang ada
dalam K-Pop. Di sini Psy menunjukkan bahwa ia memiliki pembeda dari ketiga
aspek tersebut dengan artis K-Pop lain yang terpengaruh budaya Barat.
Dari hasil image yang diolah, dan dikonstruksikan oleh Psy dan manajemennya,
terdapat hal yang menarik di mana ketika artis K-Pop lainnya berusaha meniru
gaya budaya pop Amerika dalam fashion, musik, tarian, dan hal lainnya, Psy
sebaliknya. Psy bersama timnya, membentuk image-nya yang berbeda dari ketiga
aspek tersebut, agar dapat berkembang dan bertahan dalam industrialisasi musik,
khususnya di Korea Selatan. Dalam penelitian ini, juga ditemukan bahwa image yang dibawa oleh Psy
memberikan suasana baru bagi musik K-Pop yang sebelumnya memiliki
karakteristik standar yang identik satu dengan lainnya, tetapi ditutupi oleh
individualisasi palsu. Melalui star image-nya, Psy ingin menyindir orang-orang
Korea, khususnya artis K-Pop dengan gaya hidup Gangnam yang sangat
terpengaruh budaya Amerika dari ciri khas yang ia bangun di media. Tetapi pada
akhirnya, Psy memunculkan standarisasi baru dalam industri musik Korea. Orangorang yang memiliki fisik sama dengan dirinya mulai berkarya dan diterima
sebagai bagian dari industri musik Korea (K-Pop). Setelah melakukan penelitian mengenai konstruksi image Psy dari berbagai teks
media dengan metode star studies, peneliti menyarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan media yang lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan
dalam penelitian ini terdapat kendala penguasaan bahasa Korea, sehingga data
yang dikumpulkan lebih terbatas, dan kurang bervariatif. Selain itu, peneliti juga
menyarankan bagi penelitian selanjutnya menggunakan metode reception analysis
untuk melihat bagaimana image yang ditampilkan Psy ini diterima oleh
masyarakat.
14. Penulis : Siti Khodijah Lestari, Acep Iwan Saidi
Judul : SEMIOTIKA “KAMPANYE LOVE MYSELF”
GRUP PENYANYI KOREA BTS
Hasil : Setelah dilakukan analisis semiotika
“Kampanye Love Myself” pada grup penyanyi
Korea BTS (studi kasus: video comeback trailer
‘Epiphany’) dengan menggunakan teori
semiotika Roland Barthes, maka dapat
disimpulkan bahwa adegan bercermin pada
timecode 0:12, 1:29 dan 3:34 merupakan bagian penting dan inti dari pesan Love
Myself sehingga ditampilkan secara berulang.
Ketiga adegan bercermin yang telah
dianalisis sebelumnya dapat dikatakan
sebagai gambaran siklus konflik yang terjadi
pada diri Jin sebagai karakter utama di video
musik Epiphany. Adegan pertama,
penggunaan setting Officetell sebagai
gambaran orang Korea yang menjadi target
kampanye, berada di usia 20an sampai 30an,
tinggal sendiri dan berada di kota besar.
Kemudian Jin yang bercermin dengan
menyondongkan badannya, diartikan ia
sedang pada tahap intropeksi mengenai
tindakan/ keputusan yang ia ambil apakah
sudah tepat atau belum. Disimpulkan bahwa
adegan ini merupakan bagian pengenalan
karakter dari cerita dan sebagai tahap awal
permasalahan. Adegan kedua, Jin kembali
bercermin dan terlihat pakaiannya bergaya
smart-casual menjadi gambaran pria Korea
yang metroseksual, yaitu hidup diperkotaan
modern yang peduli terhadap citra dirinya
dengan memperhatikan penampilannya. Jin
yang selalu memperhatikan tampilannya
sebelum pergi menunjukkan ia seseorang
yang mempersiapkan untuk terlihat baik.
Dapat diasumsikan Jin melakukan itu karena
memperhatikan bagaimana reaksi orang lain
terhadap penampilannya, adegan ini sebagai
tahap klimaks konflik. Adegan ketiga, Jin
sudah menyadari bahwa dirinyalah yang
utama dan harus ia cintai. Jin tidak merubah sesuatu yang ada dalam hidupnya melainkan
ia merubah pola pikirnya untuk mencintai
dirinya dan saat bercermin ia merasa hal itu
terlihat baik karena ia mengutamakan dirinya.
Saat ini Jin harus mencintai dirinya sendiri dan
tidak lagi terfokus pada orang lain, adegan ini
sebagai tahap penerimaan dan penyelesaian
masalah yang dihadapinya. Dari kesimpulan pembahasan pesan
pada video musik Epiphany diatas, ditemukan
hal yang berelasi dengan konteks budaya
Korea Selatan yaitu fenomena obsesi
bercermin. Fenomena bercermin ini
dikonotasikan negatif karena yang dimaksud
bercermin pada tahap ini sudah sampai
berlebihan atau dapat dikatakan sebagai
obsesi. Kebiasaan bercermin pada masyarakat
Korea Selatan dipengaruhi oleh selebriti Korea
dan 'gelombang Hallyu', yang merujuk pada
aktor, penyanyi dan Idol menjadi salah satu
penyebab orang-orang mulai memperhatikan
penampilannya. Maka, penampilan menjadi
faktor penting untuk merepresentasikan diri
karena penampilan menjadi daya nilai
seseorang dalam masayarakat Korea Selatan. Jadi, munculnya fenomena bercermin
merupakan pertentangan dengan pesan
Kampanye Love Myself untuk mencintai
dirinya sendiri. Mitos yang ditampilkan yaitu
di Korea penampilan menjadi faktor penting
untuk merepresentasikan diri karena
penampilan menjadi daya nilai seseorang. Hal
ini bukan berarti tidak penting penampilan seseorang selama ia mencintai dirinya.
Namun yang menjadi poin penting pesan
mencintai diri sendiri ialah ketika ia
memperhatikan penampilannya tidak harus
berdasarkan keinginan orang lain namun
harus berdasarkan apa nyaman dengan
dirinya terlebih dahulu.
15. Penulis : Shelby Anneshavira Aditya , Sylvie Nurfebiaraning.
Judul : PERSONAL BRANDING REZA DARMAWANGSA MELALUI YOUTUBE
SEBAGAI PENYANYI COVER KOREA POP
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang menunjang pada pembahasan yang ada pada bab
empat, dalam melakukan Personal Branding Reza Darmawangsa melalui YouTube sebagai
penyanyi cover Korea Pop. Kriteria pertama yakni keaslian, Reza sebagai penyanyi cover Korea
Pop di YouTube telah baik menunjukan segi keaslian dengan mengedepan originalitas dalam
mencerminkan karakter, perilaku, dan nilai – nilai diringi dengan keselarasan ambisi pribadi.
Kedua yakni integritas, Reza berhasil menunjukan integritas sebagai penyanyi cover Korea Pop
di YouTube yang memiliki tata perilaku yang baik dengan khalayaknya dan menerapkan kode
moral yang ditetapkan oleh ambisi pribadi. Ketiga ada konsistensi, Reza kurang konsisten dalam
mengunggah video cover lagu Korea Pop pada kanal YouTubenya. Video cover lain Reza masih
lebih mendominasi dibandingkan dengan video cover Korea Pop. Kriteria berikutnya yakni
spesialisasi, Reza sudah terspesialisasi dalam bidang yang ditekuninya dalam melakukan
Personal Branding melalui YouTube dengan keunikan dan bakat inti Reza dalam mengcover
lagu Korea Pop. Kewibawaan, Reza memiliki tolak ukur yang baik sebagai orang yang ahli atau
diakui dan berpengalaman dalam bidang yang ditekuni. Reza terbukti mendapatkan pengakuan
dari penyanyi asli lagu Korea Pop yang dicover oleh Reza, dan kerap dipercaya untuk hadir dan
tampil sebagai bintang tamu dalam acara yang bertemakan Korea Pop. Selanjutnya kekhasan, pembeda Reza ditunjukan dengan memiliki segmentasi yang berbeda dibandingkan dengan
kebanyakan dari penyanyi cover laki – laki Indonesia di YouTube yakni dengan mengcover lagu
Korea Pop. Kriteria selanjutnya ada relevan, dalam hal relevansi antara Reza dengan target
audiens Reza sudah sesuai dan dianggap penting berdasarkan respon yang dihasilkan dari segi
minat dan ketertarikan subscriber Reza terhadap Korea Pop. Selanjutnya kriteria visibilitas, Reza
memenuhinya dengan baik karena audiens Reza yang diniliai sudah memahami perilaku yang
Reza tunjukan sebagai penyanyi cover Korea Pop. Selanjutnya ada kriteria kegigihan, Reza
menujukan ketekunan, perencanaan, percaya diri sendiri dalam hal mengcover Korea Pop.
Selanjutnya kriteria kebaikan atau hubungan baik, Reza memenuhi kriteria kebaikan dengan
sangat baik terlebih dapat memotivasi orang – orang yang ingin mengcover lagu Korea Pop
dengan menjadikannya sebagai referensi. Kriteria terakhir yakni dalam hal kinerja, Reza
menunjukan kinerja yang baik dalam melakukan Personal Branding. Reza terbukti secara terus –
menerus mengunggah kegiatannya dalam hal megcover lagu Korea Pop ke dalam YouTube dan
melihat pencapaian yang diraih.
16. Penulis : Dwi Ismi Noviyanti, Ana Fitriana Poerana, Oky Oxcygentri
Judul : KONTRUKSI MAKNA FANGIRLING (STUDI FENOMENOLOGI PADA FAN ACCOUNT TWITTER PENGGEMAR IU DI KALANGAN FOLLOWERS @_IUINDONESIA)
Hasil : Para informan memiliki makna masing-masing mengenai fangirling berdasarkan pengalaman mereka. Dari informasi yang telah dijabarkan oleh informan, ada yang memaknaifangirlinguntuk hiburan, pemenuhhasrat, dan mendukung idola.Motif informan melakukanfangirlingpada dasarnya sama, tetapi dengan penyampaian yang berbeda-beda. Motifnya terbagi dalam dua fase, yaitu because motive danin order to motive. Because motive danin order to motivemereka dipengaruhi oleh dirinya sendiri yang memiliki kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi sehingga merasa kurang pemenuhan kebutuhan emosi sehingga beranggapan bahwa dengan melakukanfangirlingdirinya menjadi lebih baik dan juga sebagai motivasi. Para informan memiliki pengalaman komunikasi yang positif dala melakukan fangirling, dimana mereka dapat memperluas pertemanan bahkan sampai ke luar negeri, juga dalam berkomunikasi kepada IU yang merupakan idolanya mereka bisa berkomunikasi langsung
17. Penulis : Alfitriah , Muhammad Dicka Ma'arief Alyatalatthaf
Judul : K-POP IDOL STANDARD DAN PRAKTIK KOMODIFIKASI
PEKERJA DALAM VIDEO CLIP “IU-CELEBRITY”
Hasil : Berdasarkan analisis semiotika John
Fiske, peneliti menguraikan K-pop idol
standard dalam video klip IU - Celebrity
melalui tiga level tanda. Level Realitas
memaparkan peristiwa yang dienkode
dalam bentuk ekspresi wajah IU, pakaian,
lingkungan, perilaku, gestur, ekspresi, dll.
Level Representasi memaparkan peristiwa
yang dienkode dalam bentuk technical
codes berupa teknik kamera dan angle.
Level Ideologi memaparkan temuan dalam
kode-kode ideologis seperti slavery,
voyeurism, dan capitalism. Penelitian ini
juga menguraikan praktik komodifikasi
pekerja yang direpresentasikan IU melalui
video klip Celebrity. Komodifikasi pekerja
ditemukan dalam lima bentuk yaitu
eksploitasi yang dilakukan melalui Slavery
Contract, alienasi melalui pembagian profit
tidak adil, mistifikasi melalui konteks
persuasif dan konteks intimidasi, reifikasi
melalui gaya hidup glamor K-pop idol, dan
naturalisasi melalui manipulasi gaslighting.
18. Penulis : Gita Tiara Putri Quraisyma1
Judul : ANALISIS INTERPRETASI LAGU HIT IU YANG MENCAPAI ALL KILL YANG SEMPURNA
Hasil : Setelah penulis menganalisis lagu-lagu tersebut, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Lagu-lagu hits IU yang dijadikan sampel adalah : “You and I”, “Friday”, “Léon”, “Through
Malam”, “BBIBBI”, “Puisi Cinta”, “Blueming” dan “Memberimu Hatiku”.
2. Semua lagu hits tersebut tidak memiliki nada dasar yang sama – 2 di antaranya adalah lagu fast dance, 2 di antaranya
mereka adalah RnB biasa-biasa saja, dan 4 di antaranya adalah lagu pop ballad yang easy listening.
3. Dari sampel tersebut, 5 lagu berhubungan dengan gender perempuan dan 3 di antaranya tidak berhubungan dengan gender
terkait.
4. Semua lagu menggunakan bahasa kiasan dan perlu didengarkan berulang kali
Sebelum menyimpulkan dan memahami maknanya, hanya lagu “Friday” saja yang bisa
tidak menggunakan bahasa yang lebih kiasan dan mempunyai makna yang jelas dan jelas.
5. Faktor linguistik sepertinya bukan aspek yang penting karena orang mendengarkan melodi dan
musiknya dulu baru mereka mencari liriknya nanti – tapi dengan menggunakan bahasa kiasan di dalamnya
lirik lagu membuat lagu terdengar lebih menarik dan mendalam. Dari lagu hits 8 IU
yang mencapai perfect all-kill, semuanya menggunakan bahasa kiasan.
6. Dalam menulis lagu: musik, alat musik, gaya bernyanyi dan liriknya kompak
faktor-faktor yang akan membuat atau menghancurkan lagu di telinga pendengar.
7. Dalam penulisan lirik, 6 lagu IU ditulis sendiri.
8. Kesimpulannya, lagu-lagu IU menjadi hits karena beberapa faktor seperti – musik, the
instrumen, gaya bernyanyi dan lirik dengan bahasa kiasan.
9. Dalam penafsiran tidak ada pendapat absolutisme, karena orang bisa melihatnya dari berbagai sudut pandang
pandangan tergantung pada pengalaman, kedewasaan dan pengetahuan mereka.
19. Penulis : Eugene, Cindy (2016)
Judul : Pemaknaan remaja Surabaya mengenai sensualitas perempuan dalam video klip Stellar "Marionette"
Hasil : Dalam penelitian mengenai sensualitas ini remaja yang berada
pada usia remaja awal dan juga remaja yang berada dalam usia remaja akhir
sebenarnya masih belum mengerti apa yang dimaksud dengan sensualitas
karena masih ada peserta yang mengangap sensualitas sama halnya dengan
pornografi dan erotisme. Dalam hal ini tahapan usia, jenjang pendidikan,
serta lingkungan penggemar K-pop dan yang bukan penggemar K-pop tidak
menentukan posisi audience dalam tiga jenis penerimaan Stuart Hall.
Tanggapan beberapa remaja mengenai penggambaran perempuan
dalam video klip tersebut kebanyakan menganggap perempuan sebagai
pihak yang dikontrol dan juga dianggap sebagai perempuan yang tidak baik.
Gambaran perempuan disini ditunjukkan mengikuti konstruksi perempuan
kebanyakan, beberapa peserta beranggapan bahwa perempuan yang ada
dalam video klip digambarkan bahwa perempuan menjadi objek dan
digambarkan seperti budak. Sebenarnya sensualitas digunakan dalam video klip karena adanya
budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai objek dan juga
pria sebagai pihak yang dominan. Dengan masuknya konsep sensualitas
dalam video klip tersebut membuat pihak media dapat mengeruk
keuntungan secara ekonomis, jadi sensualitas digunakan hanya sebagai
sarana mengambil keuntungan dengan memberikan kenikmatan
memandang bagi mata lelaki. Dalam FGD yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil dari teori
encoding dan decoding Stuard Hall yaitu para remaja terbagi menjadi 3
bagian yaitu:
a. Dominan/ hegemonic: remaja yang termasuk dalam dominan/hegemonic
adalah remaja yang menyebutkan sensual atau dewasa, karena pandangan
sensual selalu memuat konten-konten yang ada pada orang dewasa. Dalam
hal ini Remaja menerima langsung kode yang disajikan oleh media yaitu
bahwa video klip Stellar “Marionette” adalah video klip yang sensual atau
dewasa, sesuai dengan pemberitaan di media massa. Dalam hal ini peserta
yang termasuk dalam posisi dominan ada dua orang yaitu satu perempuan
dari kelompok remaja pertengahan yang menyukai K-pop, dan satu orang
perempuan dari usia remaja akhir yang tidak kuliah serta tidak menyukai Kpop, mereka menyatakan bahwa video klip tersebut menunjukkan
sensualitas. Negotiated code: remaja yang termasuk dalam negotiated code adalah
remaja yang menganggap bahwa video klip tersebut memang sensual tetapi
dapat dimaklumi dan tidak terlalu sensual. Peserta remaja yang ada pada
negotiated code ada dua orang dari tahapan usia remaja pertengahan yang
bukan merupakan penyuka korea dan juga dua orang dari tahapan usia
remaja akhir yang merupakan penyuka K-pop dan yang bukan Penyuka Kpop. Remaja laki-laki pada usia pertengahan dan tidak menyukai K-pop
menganggap kalau video klip tersebut biasa saja karena budaya di korea
memang seperti itu dan juga masih wajar dalam dunia musik, dan
perempuan yang berada pada tahapan usia remaja pertengahan yang tidak
menyukai K-pop yang menganggap bahwa penampilan dalam video klip
tersebut vulgar tetapi masih dapat di toleransi dalam dunia entertainment.
Sedangkan remaja yang ada pada usia remaja akhir yaitu seorang perempuan yang merupakan pecinta korea dan juga berstatus sebagai
pelajar menganggap bahwa video klip tersebut tidak sensual karena sudah
mengenal K-pop dengan baik. Satu orang laki-laki yang berasal dari
tahapan usia remaja akhir dan bukan merupakan penyuka K-pop
menunjukkan sikap negosiasi mengenai video klip tersebut karena
menurutnya video klip tersebut adalah video klip yang vulgar, tetapi masih
wajar-wajar saja di jaman yang sekarang ini.
c. oppositional code: remaja yang termasuk dalam oppositional
code adalah remaja yang menganggap bahwa video klip tersebut memiliki
makna yang berbeda, tidak sensual. Peserta yang ada pada posisi
oppositional adalah satu orang laki-laki yang ada pada tahapan usia remaja
awal, dan merupakan penyuka K-pop menganggap video klip tersebut
porno, hal tersebut dikarenakan peserta yang merupakan penyuka penyanyi
korea IU yang dalam penampilannya menyajikan gerakan, pakaian dan cara
menyanyi yang cute. Satu orang peserta laki-laki dari tahapan usia remaja
akhir yang merupakan penyuka K-pop yang tidak kuliah berada pada posisi
oposisional karena menganggap bahwa video klip tersebut teralu vulgar.
20. Penulis : Grace Liangga Liong, Natalia Shena Ananda Junaidi, Ferry Jaolis
Judul : PENGARUH VISUAL, VOCAL, DAN CELEBRITY EFFECT (BOYBAND BTS) TERHADAP DESTINATION IMAGE DAN INTENTION TO VISIT KE KOREA SELATAN
Hasil : Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Visual Effect dan Vocal Effect berpengaruh signifikan terhadap Destination Image. Semakin video musik dan performance BTS mampu menunjukkan keadaan dan suasana Korea Selatan serta mengandung bahasa dan musik Korea Selatan, semakin positif juga Destination Image ARMY di Indonesia terhadap Korea Selatan. Sedangkan hasil dari Celebrity Effect tidak menemukan adanya pengaruh signifikan terhadap Destination Image. Semakin video musik dan performance BTS menunjukkan pesona member-member BTS yang menarik, hal tersebut tidak menjamin akan terbentuknya Destination Image ARMY di Indonesia terhadap Korea Selatan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa Destination Image berpengaruh signifikan terhadap Intention To Visit. Artinya, semakin ARMY di Indonesia memiliki Destination Image yang positif terhadap Korea Selatan, semakin tinggi juga Intention To Visit mereka untuk berkunjung ke Korea Selatan.
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang bisa diterapkan oleh industri pariwisata di Indonesia agar membuat Destination Image yang positif serta meningkatkan Intention To Visit seseorang untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata di Indonesia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) dapat bekerja sama dengan industri entertainment di Indonesia untuk meningkatkan Visual Effect dalam video musik dan performance penyanyi-penyanyi Indonesia kedepannya untuk seperti menunjukkan pinggiran kota yang indah, meningkatkan jumlah dan lokasi kota-kota metropolitan di Indonesia yang menjadi pusat bisnis atau budaya sebagai latar belakang, ataupun menampilkan aktivitas dan gaya hidup Indonesia seperti kuliner makanan khas Indonesia. Hal tersebut mampu membentuk Destination Image yang positif pada para audiens. Kemudian, industri entertainment Indonesia juga dapat menambah penggunaan alat musik tradisional dan menggunakan lirik yang menggambarkan isu sosial dan prinsip hidup orang Indonesia dalam produksi lagu atau video musik dan performance penyanyi-penyanyi Indonesia agar para audiens termotivasi untuk mengunjungi Indonesia.
Penelitian ini hanya berfokus pada komunitas ARMY di Indonesia sehingga tidak dapat melihat varian hasil lainnya secara umum. Maka dari itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan penulis dapat memperluas sampel dengan menentukkan sampel yang lain, contohnya seperti masyarakat umum. Penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk dapat memfokuskan pada jenis sampel yang lebih spesifik seperti ARMY di Surabaya dan meningkatkan jumlah sampel untuk memastikan prediksi pengaruh antar variabel yang lebih konsisten. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel mediasi antara Celebrity Effect dengan Destination Image untuk melihat lebih jelas pengaruh dari celebrity terhadap image suatu tempat. Contohnya dengan menggunakan variabel celebrity worship dan familiarity. Jika ingin melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama, penulis dapat meneliti selebriti lainnya. Contohnya seperti NCT, Blackpink, TWICE, Stray Kids, IU yang berasal dari Korea Selatan ataupun selebriti dari negara lain.
Kesimpulan
Dari 20 Jurnal penelitian yang
dipaparkan didapatkan bahwa semiotika terhadap lagu mengungkapkan bahwa elemen-elemen musik dan lirik secara simbolis mencerminkan dan mengkomunikasikan makna yang mendalam kepada pendengar. Melalui analisis tanda-tanda dan simbol-simbol dalam lagu, kita dapat memahami bagaimana pesan emosional, sosial, dan budaya disampaikan dan diterima oleh audiens. Dengan demikian, semiotika lagu tidak hanya memperkaya apresiasi musikal, tetapi juga membuka wawasan tentang dinamika komunikasi dalam konteks budaya yang lebih luas, selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa budaya K-pop telah menjadi fenomena global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya hidup, mode, dan perilaku konsumsi generasi muda. Ketertarikan terhadap K-pop tidak hanya didorong oleh musik dan penampilan visual yang menarik, tetapi juga oleh strategi pemasaran yang cerdas dan keterlibatan aktif penggemar melalui media sosial. Dampaknya, K-pop telah berhasil membangun jembatan budaya yang memperluas apresiasi dan pemahaman lintas budaya, menjadikannya salah satu kekuatan dominan dalam industri hiburan global saat ini. Salah satu nya bahwa IU telah mengukir kesuksesan yang luar biasa sebagai artis solo Korea melalui karya-karyanya yang beragam dan berkualitas tinggi. Dengan kemampuan vokal yang luar biasa, kecerdasan dalam memilih lagu-lagu yang relevan, dan kemampuan untuk menyampaikan emosi yang mendalam, IU berhasil menarik perhatian tidak hanya di dalam Korea, tetapi juga secara global. Prestasinya yang konsisten dalam mencetak hit lagu dan menjaga kualitas artistiknya menjadikannya salah satu ikon musik yang paling dihormati dan diakui dalam industri musik Korea dan di tingkat internasional.
Referensi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/IU
https://www.gramedia.com/literasi/teori-semiotika/
https://www.gramedia.com/literasi/semotika/
https://www.parapuan.co/read/534000870/makna-lirik-lagu-love-wins-all-iu-yang-tampilkan-v-bts-cinta-menangkan-segala-halangan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Love_Wins_All
https://kumparan.com/berita-hari-ini/makna-lagu-love-wins-all-single-terbaru-iu-untuk-uaena-222IUbD3u7f
https://linggaupos.disway.id/read/657683/makna-lagu-love-wins-all-milik-iu-diungkapkannya-melalui-surat-dari-pengalaman-saya-kebencian-selalu-ada
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7157876/lirik-dan-makna-love-wins-all-lagu-terbaru-iu-yang-dibintangi-v-bts