Senin, 24 Juni 2024

Analisis Karakter Emosi Warna Pada Film Animasi Inside Out 2

ABSTRAK 
Penelitian ini menganalisis karakter emosi warna dalam film animasi "Inside Out 2" menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Pendekatan ini mengidentifikasi dan menginterpretasi makna denotatif dan konotatif dari penggunaan warna dalam menggambarkan emosi karakter utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap warna memiliki simbolisme yang kuat dan konsisten dalam mencerminkan berbagai emosi, seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan kejijikan, yang berdampak signifikan pada pemahaman penonton terhadap alur cerita dan karakter. Temuan ini mengungkapkan peran krusial warna sebagai alat naratif dalam animasi dan memperdalam apresiasi terhadap teknik visual dalam sinematografi.

PENDAHULUAN
Film adalah serangkaian gambar bergerak yang diproduksi dan ditampilkan di bioskop atau televisi. Istilah "film" berasal dari lapisan tipis emulsi fotokimia pada strip seluloid yang digunakan untuk merekam dan menampilkan gambar bergerak. Film dapat berupa cerita, dokumenter, atau animasi. Film komersial dipertontonkan di bioskop dengan harga tiket tertentu, sedangkan film dokumenter digunakan sebagai media propaganda atau pendidikan.
Para ahli membagi film menjadi beberapa jenis, seperti film cerita, film dokumenter, dan film animasi.

Dari sekian banyaknya jenis-jenis film, salah satu diantaranya dapat menarik perhatian
dan juga dapat dinikmati oleh masyarakat umum tanpa batasan usia, yaitu film animasi, Film animasi adalah sebuah karya tangan yang bergerak, dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Ada dua proses pembuatan film animasi, yaitu secara konvensional dan digital. Proses secara konvensional membutuhkan dana yang cukup mahal, sedangkan proses digital lebih ringan dan cepat dalam perbaikan. Film animasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti animasi 2D dan 3D. Contoh film animasi yang sangat populer adalah Inside Out 2. Film Inside Out 2 adalah sekuel dari film Inside Out yang dirilis pada tahun 2015. Film ini menceritakan tentang Riley Andersen yang telah beranjak remaja dan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Di usianya yang menginjak 13 tahun, Riley mulai merasakan emosi-emosi baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Emosi-emosi ini bergabung dengan Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust yang telah menjadi bagian dari dirinya sejak film pertama.

Sinopsis 
Perjalanan Riley Andersen mengenali emosi yang berkecamuk dalam kepalanya belum usai. Kini, ketika ia menginjak usia remaja, emosi yang ia miliki justru makin kompleks. Riley kini tumbuh menjadi gadis remaja berusia 13 tahun yang mengalami perubahan dalam hidupnya, ia mulai merasakan iri, cemas, bosan, dan malu. Perasaan ini memperkuat emosi yang ada dalam dirinya, dulu Riley hanya merasakan rasa senang, sedih, marah, jijik, dan takut.
Di tengah kecamuk emosi yang kian banyak dan kompleks tersebut, Riley mulai bergabung dengan tim hoki di sekolahnya, ia mulai menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya. Pertemuan Riley dengan suasana baru juga orang-orang yang baru membuat Riley merasakan emosi yang ternyata sulit ia pahami, yakni rasa kurang percaya diri.
Kurangnya rasa percaya diri tersebut membuat Riley mengalami perubahan sikap yang cukup drastis. Perubahan sikap Riley ini membuat hubungannya dengan orang-orang terdekatnya menjadi kurang baik. Namun, perubahan sikap Riley tak hanya berdampak pada orang-orang di sekitarnya. Joy dan emosi lainnya di dalam kepala Riley juga mengalami kegemparan.

Dengan demikian analisis karakter emosi warna pada film animasi Inside Out 2 menggunakan metode penelitian Roland Barthes akan mengeksplorasi bagaimana warna-warna yang digunakan dalam representasi karakter emosi dalam film ini berfungsi sebagai tanda-tanda yang menyampaikan makna dan emosi tertentu kepada penonton. Dengan menerapkan teori semiotika Barthes, penelitian ini akan menguraikan konotasi dan denotasi warna pada karakter-karakter emosi serta bagaimana interaksi visual ini mempengaruhi persepsi dan pengalaman emosional penonton.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam analisis karakter emosi warna pada film animasi Inside Out 2 adalah pendekatan semiotika Roland Barthes, yang mencakup dua tahap utama: denotasi dan konotasi. Pertama, tahap denotasi akan mengidentifikasi warna-warna yang digunakan pada karakter emosi serta mendeskripsikan fitur visualnya secara objektif. Kedua, tahap konotasi akan menginterpretasikan makna simbolis dan budaya yang melekat pada warna-warna tersebut, dengan menganalisis bagaimana mereka berkontribusi terhadap penyampaian emosi dan narasi dalam film. Data akan dikumpulkan melalui observasi visual mendetail terhadap adegan-adegan kunci dalam film, kemudian dianalisis secara kualitatif untuk memahami peran warna dalam penggambaran karakter emosi dan dampaknya terhadap persepsi penonton.

HASIL PENELITIAN 
Film adalah serangkaian gambar bergerak yang diproduksi dan ditampilkan di bioskop atau televisi. Istilah "film" berasal dari lapisan tipis emulsi fotokimia pada strip seluloid yang digunakan untuk merekam dan menampilkan gambar bergerak. Film dapat berupa cerita, dokumenter, atau animasi. Film komersial dipertontonkan di bioskop dengan harga tiket tertentu, sedangkan film dokumenter digunakan sebagai media propaganda atau pendidikan.
Para ahli membagi film menjadi beberapa jenis, seperti film cerita, film dokumenter, dan film animasi.
 
Makna Film Animasi
Film animasi adalah sebuah karya tangan yang bergerak, dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Ada dua proses pembuatan film animasi, yaitu secara konvensional dan digital. Proses secara konvensional membutuhkan dana yang cukup mahal, sedangkan proses digital lebih ringan dan cepat dalam perbaikan. Film animasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti animasi 2D dan 3D. Contoh film animasi yang sangat populer adalah Inside Out 2. Film Inside Out 2 adalah sekuel dari film Inside Out yang dirilis pada tahun 2015. Film ini menceritakan tentang Riley Andersen yang telah beranjak remaja dan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Di usianya yang menginjak 13 tahun, Riley mulai merasakan emosi-emosi baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Emosi-emosi ini bergabung dengan Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust yang telah menjadi bagian dari dirinya sejak film pertama.

Makna Warna Pada Film Inside Out
Film Inside Out menampilkan berbagai makna warna yang terkait dengan emosi karakter Riley. Berikut adalah penjelasan makna warna pada film Inside Out:
Joy (Kuning): Warna kuning digunakan untuk menggambarkan emosi bahagia, senang, riang, gembira, cerah, dan kehangatan. Warna kuning juga menggambarkan rasa optimis, bijaksana, dan kreatif. Joy memiliki peran utama dalam mengendalikan emosi senang dalam pikiran Riley agar hari-harinya senantiasa bahagia.
Sadness (Biru): Warna biru digunakan untuk menggambarkan emosi sedih. Sadness memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Anger (Merah): Warna merah digunakan untuk menggambarkan emosi marah. Anger memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Fear (Hijau): Warna hijau digunakan untuk menggambarkan emosi takut. Fear memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Disgust (Hitam): Warna hitam digunakan untuk menggambarkan emosi jijik. Disgust memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Anxiety (Oranye): Warna oranye digunakan untuk menggambarkan emosi khawatir. Anxiety memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Ennui (Biru Tua): Warna biru tua digunakan untuk menggambarkan emosi bosan. Ennui memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Envy (Biru Kelabu): Warna biru kelabu digunakan untuk menggambarkan emosi iri. Envy memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.
Embarrassment (Bijak): Warna bijak digunakan untuk menggambarkan emosi malu. Embarrassment memiliki peran penting dalam mengatur pikiran Riley dalam kehidupan sehari-harinya.

Hasil penelitian tentang analisis karakter emosi warna pada film animasi Inside Out 2 menggunakan metode semiotika Roland Barthes menunjukkan bahwa setiap warna yang digunakan pada karakter emosi memiliki makna denotatif dan konotatif yang mendalam. Warna biru pada karakter Sadness, misalnya, tidak hanya berfungsi untuk menandakan kesedihan secara literal, tetapi juga mengandung konotasi ketenangan dan introspeksi. Warna merah pada karakter Anger mengkomunikasikan kemarahan dan energi yang meledak-ledak, serta mengandung makna simbolis tentang kekuatan dan agresi. Penelitian ini menemukan bahwa kombinasi warna pada berbagai karakter tidak hanya mendukung perkembangan naratif, tetapi juga mempengaruhi persepsi dan respon emosional penonton secara signifikan. Analisis ini mengungkap bahwa penggunaan warna dalam film ini dirancang dengan cermat untuk menciptakan resonansi emosional yang mendalam, memperkaya pengalaman sinematik penonton.

KESIMPULAN
Penelitian tentang Analisis Karakter Emosi Warna pada Film Animasi "Inside Out 2" menggunakan metode penelitian Roland Barthes menyimpulkan bahwa penggunaan warna dalam film tersebut tidak hanya menggambarkan emosi karakter, tetapi juga memperdalam pemahaman pemirsa terhadap narasi emosional film, menciptakan koneksi emosional yang kuat antara penonton dan karakter-karakternya. Metode Roland Barthes yang menganalisis tanda-tanda dan makna di balik penggunaan warna dalam konteks naratif film membuka wawasan baru tentang bagaimana elemen visual dapat digunakan untuk memperkuat pengalaman emosional dalam karya seni animasi.

REFRENSI
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Film
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6738317/15-contoh-teks-ulasan-film-lengkap-dengan-strukturnya
http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217.pdf
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/satria-wibawa-1/inside-out-2-eksplorasi-emosi-remaja-yang-lebih-kompleks-dan-mengena-c1c2
https://narasi.tv/read/narasi-daily/sinopsis-film-inside-out-2
https://www.kompas.com/hype/read/2024/06/12/071131966/4-emosi-baru-dalam-film-inside-out-2
https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/viewFile/1823/1335
https://www.kompasiana.com/esteraprillia1881/6192a3bc9dc446733260d0d2/ternyata-warna-bisa-menunjukkan-sisi-emosional-kita-lho-mau-tau-nonton-film-inside-out-2015-dulu
https://jim.unindra.ac.id/index.php/vhdkv/article/download/8208/pdf








Senin, 10 Juni 2024

LITERATURE REVIEW : SEMIOTIKA MUSIK DARI PENYANYI SOLO ARTIS KOREA YANG BERNAMA IU

LITERATURE REVIEW : SEMIOTIKA MUSIK DARI PENYANYI SOLO ARTIS KOREA YANG BERNAMA IU 

Abstrak 
Artikel ini menganalisis semiotika musik Korea melalui karya-karya IU, seorang penyanyi dan penulis lagu terkenal. Penelitian ini mengeksplorasi simbolisme dan makna yang terkandung dalam lirik, melodi, dan visualisasi video musik IU. Metode: Literatur review dilakukan berdasarkan issue, metodologi, persamaan dan proposal penelitian lanjutan. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, artikel ini mengungkap bagaimana IU memanfaatkan tanda-tanda dan simbol untuk menyampaikan pesan emosional dan budaya kepada pendengarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik IU tidak hanya mencerminkan identitas pribadi dan artistiknya, tetapi juga merefleksikan dinamika sosial dan budaya Korea kontemporer.

Pendahuluan 
Musik merupakan salah satu medium komunikasi yang kaya akan makna dan simbol. Anak-anak muda saat ini mulai menggandrungi tren K-Pop. K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Lagu K-Pop yang saat ini banyak penggemarnya hingga hampir seluruh dunia menyukainya yakni IU dengan nama asli Lee Ji Eun lahir 16 Mei 1993 adalah seorang penyanyi-penulis lagu, produser, model dan Aktris berasal dari Korea. Nama panggungnya berasal dari kata "I and You (Aku dan Kamu)" yang melambangkan bahwa "kita" dapat menjadi "satu" melalui musik. Nama klub penggemarnya yaitu UAENA, di mana setiap suku kata memiliki arti yang berbeda: "you (kamu)" dari Bahasa Inggris, "ae" adalah Sino-Korea untuk "cinta", dan "na" adalah Bahasa Korea untuk "aku". IU melakukan debut di usia 15 tahun pada 2008, di bawah naungan Leon Entertaiment (sekarang EDAM Entertaimen) sebagai penyanyi dengan album mini pertamanya Lost and Found. Meskipun album selanjutnya, Growing Up (album IU) dan IU...IM membawa kesuksesan, namun perilisan lagu "Good Day" (bahasa Korea: 좋은 날), yang merupakan single utama dari album 2010-nya, Real adalah kesuksesan besar dari penyanyi tersebut yang membuatnya mendapatkan ketenaran nasional di korea selatan. "Good Day" menghabiskan waktu lima minggu berturut-turut berada di posisi teratas Tangga Lagu Digital Gaon Korea Selatan, dan pada tahun 2019, lagu ini menduduki peringkat nomor satu dalam daftar "100 Lagu K-Pop Terbaik dekade 2010an" oleh majalah Billboard. Dalam konteks musik populer Korea, atau yang lebih dikenal dengan K-Pop, berbagai elemen musik, lirik, dan visualisasi sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang kompleks. IU, seorang penyanyi dan penulis lagu terkemuka di Korea Selatan, telah berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya populer, tetapi juga kaya akan makna semiotika. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana IU menggunakan tanda-tanda dan simbol dalam musiknya untuk menyampaikan pesan emosional, sosial, dan budaya, serta bagaimana interpretasi ini dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai dinamika masyarakat Korea kontemporer. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam. Penelitian tersebut diambil untuk dilakukan
analisis melalui literature review. 

Bahan dan Metode 
Penelitian ini menggunakan karya musik dari penyanyi solo Korea Selatan, IU, sebagai bahan utama. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisis lagu-lagu IU. Metode semiotik yang diterapkan melibatkan analisis tanda-tanda musik dan lirik yang terdapat dalam setiap lagu. Proses analisis dimulai dengan mendengarkan dan memahami lirik serta melodi lagu secara mendalam, diikuti dengan identifikasi tanda-tanda signifikan yang muncul. Tanda-tanda ini kemudian dikategorikan dan diinterpretasikan berdasarkan teori semiotika musik. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji konteks budaya dan sosial yang mempengaruhi penciptaan dan penerimaan lagu-lagu IU. Data tambahan diperoleh melalui tinjauan literatur, wawancara dengan penggemar, serta analisis media sosial untuk memahami persepsi publik terhadap karya IU.

Literature Review

1. Penulis : Mahargyantari P. Dewi1
Judul : Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres berpengaruh negatif, baik terhadap fisik maupun psikologis. Stres yang berpe‐ngaruh negatif bagi fisik seperti penelitian yang dilakukan oleh Lindquist (1997) dan Chandola (2006). Penelitian mengenai dampak negatif stres bagi psikologis seperti yang dilakukan Winefield (2002). Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang (Djohan, 2006). Terapi musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006). Campbell (2001) menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan. Campbell (2001) selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan;(2) musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik mempengaruhi pernapasan; (4) musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi kita tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik  meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; dan (16) musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dapat secara langsung maupun tidak langsung mengurangi stres. Penelitian mengenai manfaat musik untuk mengurangi rasa sakit (Richards, Johnsons, Sparks, & Emerson, 2007; Magill, 2001; Pleaux, Baryza, & Sheridan, 2006), kecemasan (Ruiz, 2005; Kenny, 2005), stres (Noguchi, 2006; Scheufele, 2000; Cheek, Bradley, Parr, & Lan, 2003; Clark et al., 2006). Berdasarkan uraian di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa musik dapat menurunkan stres. 

2. Penulis : Eka Titi Andaryani
Judul : Pengaruh Musik Dalam Meningkatkan Mood Booster Mahasiswa
Hasil : Ada banyak hal yang membuat manusia khususnya mahasiswa menjadi depresi, karena  kita tahu bahwa yang namanya hidup pasti ada masalah. Masalah akan memengaruhi jiwa  dan kondisi emosional seseorang yang mengalaminya, ketika seseorang tidak bisa meredam 
diri terhadap permasalahan yang dia alamai maka akan terjadi ledakan emosi yang dapat 
menyebabkan depresi tinggi atau stress. Berdasarkan beberapa studi, musik terbukti dapat 
memengaruhi pikiran dan perasaan manusia. Musik dapat memberikan energi-energi positif 
ketika kita sedang dilanda kepenatan dalam mengadapi suatu permasalahan. Musik dapat
dijadikan moodboster saat jenuh baik dengan mendengarkan dan meninkmati musik saja 
ataupun memainkan alat musik dan bernyanyi secara langsung keduanya mampu mengubah 
kondisi pikiran dan perasaan yang sedang dialami.

3.Penulis : Prenika Yuniar, Jessica Kesya Sitoena, Dody Marlito Matius, Gian Betelino Obed
Judul : Sejarah Musik sebagai Dasar Pengetahuan dalam PembelajaranTeori Musik
Hasil : pada dasarnya teori musik adalah hal yang paling utama yang harus kita ketahui 
dalam bermusik. Musik sangat penting dan musik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Tetapi tanpa pembelajaran atau prektek musik itu tidak akan bisa berkembang. Melalui adanya mata kuliah di sebuah kampus tentang teori musik itu sangat membantu mahasiswa dalam pengembangan musik. Pembelajaran musik tetap membutuhkan keterampilan berpikir kritis serta berpikir kreatif, melalui pemaparan diatas kita dapat memahami tentang bagaimana cara kita menerapkan teori￾teori musik didalam kehidupan dan dikalangan masyarakat. serta didalam pembelajaran kita, bukan hanya menganggap bahwa musik hanya sekedar untuk hiburan dan kesenangan saja. Tetapi juga sebagai media penghayatan, memenuhi kebutuhan akan sebuah keindahan dan sebagai pengiring aktivitas 
kita.

4. Penulis : Catherine Valenciana & Jetie Kusmiati Kusna Pudjibudojo
Judul : Korean Wave; Fenomena Budaya Pop Korea pada Remaja Milenial di 
Indonesia
Hasil : Maraknya Korean Wave di Indonesia tidak terlepas dari era modernitas dewasa ini. Korean Wave tersebar melalui gadget, sosial media dan internet yang dapat diakses secara mudah dan cepat, terutama pada kalangan remaja milenial. Kecintaan remaja terhadap K-Pop ditunjukkan dengan hafalnya lirik lagu K-Pop dan sering menyanyikan lagu tersebut di hada￾pan umun, di kelas, ataupun di mana saja. Tidak hanya bernyanyi, sejumlah remaja gemar mengikuti K-Pop dance challenge 
yang sedang marak di sosial media.Para remaja penggemar K-Pop mengoleksi lagu, CD original, dan poster idola mereka. Tidak hanya atribut musik saja, tetapi juga mengoleksi baju, jaket, topi yang bisa mengidentifikasikan me￾reka bahwa mereka seorang penggemar. Di era modernisasi ini, para remaja meng￾gunakan teknologi yang lebih maju, mudah dan cepat, yaitu streaming. Tanpa perlu mengunduh, mereka sudah bisa men￾dengarkan musik dari para idola mereka.Para remaja sangat antusias 
terhadap maraknya Korean Wave di Indonesia. Namun sebagai anak Indonesia, diharapkan para remaja Indonesia mampu bersikap kritis terhadap budaya Korean Wave dan tetap menjaga serta melestarikan budaya lokal. Sebaiknya remaja milenial yang menyukai K-Pop tidak menutup mata dan telinga pada 
musik-musik pop Indonesia. Indonesia juga perlu berbenah untuk berkualitas lebih baik. Ada baiknya 
Indonesia mencontoh Korea dalam industri hiburan. Misalnya dalam membuat program televisi atau series remaja dengan episode yang pendek, cerita dengan latar belakang kehidupan remaja sehari-hari, juga memasukkan unsur-unsur budaya bangsa Indonesia di dalam program televisi tersebut. Begitu 
pula dengan musik pop Indonesia, sebaiknya mempopulerkan musik-musik dengan lirik yang cinta nasionalisme dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

5. Penulis : Dinda Wahyu Pertamasari, Lucy Pujasari Supratman
Judul : Proses Komunikasi Intrapersonal Remaja Dalam Mendengerkan 
Lagu Korea
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, serta data-data yang telah 
dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara dan observasi dengan enam informan yaitu lima informan 
kunci dan satu informan ahli. 
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang tumbuh dalam diri remaja saat mereka 
mendengarkan lagu korea adalah karena rekomendasi teman, efek drama korea, lagu yang mudah 
didengarkan dan rasa ingin tahu yang tinggi. 
Komunikasi intrapesonal dapat terjadi karena remaja-remaja tersebut telah melalui tahapan yang ada 
dalam proses komunikasi intrapersonal yaitu tahap sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Terdapat 
beberapa faktor yang mempengarusi komunikasi intrapersonal pada remaja dan hal tersebut dapat 
mempengaruhi kegiatan sehari-hari yang dilalui oleh informan.

6. Penulis : Syafril Alam dan Ansgrasia Jenifer Nyarimun
Judul : Musik K-POP Sebagai Alat Diplomasi Dalam Soft Power Korea Selatan
Hasil : Dengan perkembangan teknologi informasi dan kemajuan teknologi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa peran budaya sebagai identitas bangsa atau negara dapat mempengaruhi negara tersebut. Jika idealnya suatu budaya merupakan suatu identitas, jati diri, atau ciri khas dari suatu negara, maka saat ini budaya bukan hanya sebatas hal tersebut, melainkan juga dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah dan negara. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan budaya musik K-Pop atau Korean Pop yang merupakan aliran musik yang berasal dari Korea Selatan. Perkembangan musik K-Pop yang begitu luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, memberikan dampak positif bagi Korea Selatan, di antaranya keuntungan ekonomi dan peningkatan citra Korea Selatan. Keuntungan ekonomi yang berasal dari musik K-Pop dapat dilihat dari pendapatan tahunan manajemen artis yang berasal dari industri musik K-Pop, seperti MBK Entertaiment yang memperoleh 1,2 triliun rupiah, SM Entertaiment yang mengeruk keuntungan 10 triliun rupiah, JYP Entertaiment yang mendapatkan 2,1 triliun rupiah, dan YG Entertainment yang memperoleh 8,2 triliun rupiah. Selain itu, kita juga dapat melihatnya dari pengaruh industri musik KPop terhadap perekonomian Korea Selatan. Jumlah konser artis-artis KPop di seluruh dunia sampai November 2016 mencapai jumlah 3.079. Kemudian, produk-produk asal Korea Selatan yang dipromosikan oleh artis-artis KPop banyak beredar di pasaran, contohnya kosmetik. Di Indonesia, banyak dibuka outlet kosmetik Korea Selatan yang kemudian menarik minat masyarakat, seperti Etude House dan The Face Shop. Merk kosmetik Etude House membuka 38 gerai tokonya di seluruh Indonesia dan The Face Shop bahkan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 19% dari penjualannya di Indonesia. Pengaruh terhadap citra Korea Selatan dapat dilihat dari banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Korea Selatan, di mana jumlah wisatawan asal Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2016, ada 1.481.130 wisatawan yang berkunjung, meningkat 279.990 wisatawan dari tahun sebelumnya. Selain itu, peningkatan wisatawan juga menambah pendapatan negara. Produk-produk asal Korea Selatan seperti kosmetik yang banyak beredar di pasaran bahkan menjadi produk favorit. Di samping itu, peningkatan citra Korea Selatan juga dapat dilihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang mengikuti gaya busana dan riasan para artis K-Pop ataupun ikut menari dan menyayikan lagu-lagu berbahasa Korea. Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi yang dilakukan Korea Selatan melalui musik KPop berhasil menarik minat masyarakat negara lain, salah satunya Indonesia. Musik KPop yang awalnya hanya sebatas produk industri hiburan ternyata dijadikan sebagai alat diplomasi dalam mencapai kepentingan soft power bagi Korea Selatan. Peran aktor-aktor yang mendukung perkembangan musik KPop menjadi salah faktor yang sangat membantu perkembangan musik KPop. Aktor-aktor yang terlibat bukan hanya manajemen artis dan para artisnya, melainkan juga pemerintah dan chaebol (konglomerasi) yang memberikan bantuan finansial atau saham kepada manajemen artis K-Pop untuk mendukung perkembangan musik KPop. Pemerintah Korea Selatan juga memberikan alokasi khusus, yaitu 1% dari pendapatan negara, untuk promosi dan bantuan pinjaman dana bagi perkembangan industri musik K-Pop. Bentuk diplomasi yang dilakukan melalui musik K-Pop adalah diplomasi budaya di mana dalam peredarannya, para artis K-Pop ini menyebarkan budaya mereka melalui bahasa, lagu, dan tarian yang mereka tampilkan. Selain itu, mereka menyebarkan pula budaya lain seperti gaya berbusana yang unik dan menjadi ciri khas mereka. Artis K-Pop yang terkenal dengan kecantikan dan ketampanannya juga menjadi faktor yang menarik masyarakat negara lain menyukai K-Pop. Hal-hal tersebut dapat menarik masyarakat negara lain untuk datang dan melihat pertunjukan artis KPop di Korea Selatan sekaligus mempromosikan kebudayaan Korea Selatan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya antusiasme masyarakat dalam menonton pertunjukan atau konser artis K-Pop. Penulis mengakui bahwa cara yang ditempuh oleh pemerintah Korea Selatan dalam mengembangkan industri kreatifnya sangatlah luar biasa di mana dalam perkembangannya terjadi sinergisitas antara pemerintah dan pengusaha dalam mengembangkan industri kreatif tersebut. Hasilnya, semua pihak, baik pemerintah Korea Selatan sendiri maupun perusahaan atau manajemen, artis K-Pop, dan masyarakat Korea Selatan, memperoleh keuntungan. Dengan meningkatnya perekonomian Korea Selatan maka akan meningkat pula kesejahteraan masyarakatnya.Penulis berharap agar Pemerintah Indonesia dapat lebih mendukung industri kreatif di Indonesia, apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya yang dapat ditampilkan sebagai identitas dan jati diri bangsa. Selain itu, penulis berharap agar generasi muda Indonesia dapat menciptakan ide dan suatu karya yang dapat membawa nama baik bangsa di dunia internasional, seperti budaya KPop dari Korea Selata

7. Penulis : Aisyah Sekar Apsari
Judul : Analisis Semiotika Pada Lirik Lagu Yukieoui Norae Karya Park Doojin
Hasil : Lagu Yukioeui Norae (6.25 의 노래) merupakan salah satu contoh lagu perjuangan Korea Selatan. Lagu ini ditulis oleh seorang penyair Korea Selatan bernama Park Doojin dan disebarkan dalam bentuk pamflet yang dicetak dan didistribusikan oleh Dinas Informasi Publik Korea untuk meningkatkan semangat patriotik rakyat Korea Selatan terhadap penyerangan yang dilakukan oleh Korea Utara pada 25 Juni 1950 sebagai titik awal terjadinya Perang Korea. Dilihat dari makna secara keseluruhan lagu Yukioeui Norae (6.25 의 노래), makna denotasi dalam lagu ini menggambarkan situasi dan keadaan rakyat Korea Selatan selama Perang Korea. Sedangkan makna konotatif dalam lagu ini mengekspresikan luapan emosi dan upaya rakyat Korea Selatan untuk mendapatkan keadilan dan kebebasan hidup. Makna denotasi pada bait pertama yaitu dampak traumatis dari peristiwa perang Korea yang masih berada di ingatan rakyat Korea Selatan. Lalu di bait kedua makna denotasinya adalah rasa percaya dan harapan rakyat Korea Selatan kepada Tuhan untuk dapat tetap kuat dalam menghadapi para musuh. Kemudian makna denotasi dari bait terakhir adalah harapan agar peristiwa yang telah terjadi tidak terulang kembali di masa depan. Sedangkan untuk makna konotasi hanya ditemukan dalam enam lirik. Pada bait pertama terdapat makna konotasi penggambaran perasaan sedih, marah, dan kecewa rakyat Korea Selatan atas peristiwa yang terjadi. Makna konotasi pada bait kedua.adalah penggambaran musuh dan para pahlawan yang ada dalam Perang Korea. Makna konotasi pada bait ketiga menggambarkan bentuk pengabdian diri rakyat Korea Selatan yang bersedia menjadi garda terdepan bagi bangsa dan negara.

8. Penulis : Dio Prasetyo, Merry Fridha Tri Palupi, Judhi Hari Wibowo
Judul : Pesan Postfeminisme Dalam Video Klip dan Lirik Lagu Aespa – Savage (Analisis Semiotika John Fiske)
Hasil : Berdasarkan data melalui video klip dan lirik lagu pada Aespa - Savage, peneliti menunjukkan bahwasannya terdapat sebuah pesan postfeminisme yang terdapat dalam video maupun lirik lagu, yang mana perempuan memiliki kebebasan dan punya hak untuk menyampaikan pesan perubahan gaya hidup yang sesuai dengan mereka inginkan agar mereka merasakan kenyamanan sebagai perempuan yang untuk menentukan kebebasan agar mereka mendapatkan kebahagian itu sendiri tanpa diatur maupun mendapatkan diskriminasi oleh orang lain. Hasil temuan peneliti dalam penelitian ini melalui video klip maupun lirik lagu menunjukkan bahwasannya terdapat pesan postfeminisme terdapat level realitas yang meliputi tentang ras dan riasan yang formal serta bisa digunakan dalam sehari-hari yang tidak terlalu mencolok, level representasi menggunakan teknik pengambilan kamera serta teknik pencahayaan dalam video klip, dan level ideologi menunjukkan pesan postfeminisme bahwa perempuan tidak layak untuk mendapatkan diskriminasi maupun secara fisik atau mental serta perempuan mempunyai kebebasan hak yang ingin disampaikan tanpa diatur oleh patriarki dan perempuan dapat menyuarakan haknya melalui media baik media lama maupun media baru. Berdasarkan penelitian diatas serta kesimpulan yang sudah diuraikan oleh peneliti, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti memberikan rekomendasi atau saran kepada peneliti selanjutnya untuk penelitian video klip Aespa – Savage maupun fenomena-fenomena lainnya dengan menggunakan metode analisis semiotik John Fiske. Peneliti mengemukakan beberapa saran atau rekomendasi, dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua orang, Kepada sineas muda diharapkan untuk dapat membuat karya seni yang serupa atau dapat terinspirasi dengan video klip ini dengan disertai pesan postfeminisme agar penonton dapat mengubah pola pikir terhadap perempuan.

9. Penulis : Ratu Laura M.B.P , Ratu Nadya Wahyuningratna , Vinta Sevilla
Judul : REPRESENTASI KECEMASAN DAN HOPELESSNESS DALAM LIRIK LAGU BTS "BLACK SWAN” (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Hasil : BTS adalah salah satu boyband yang memiliki tema-tema unik dalam setiap lirik lagunya. Melalui lagu Black Swan, BTS mengangkat masalah sosial yang berkaitan dengan kesehatan mental pada pekerja di dunia hiburan. Berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes, diketahui bahwa setiap makna denotasi dan konotasi yang ada dalam lirik lagu tersebut mengandung kecemasan dan keputusasaan para personel BTS di dunia hiburan. Kedua hal tersebut merupakan dampak dari keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali dialami para selebriti, khususnya di Korea. Kecemasan dan keputusasaan yang dialami baik oleh para artis maupun masyarakat lainnya tidak dapat dianggap sepele. Diperlukan penanganan khusus dari para ahli untuk menjaga kesehatan mental para artis khususnya, sehingga lebih terjaga. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat membahas analisis semiotika dengan pendekatan lain, sehingga dapat mengetahui interpretasi lirik secara lebih mendalam. Selain itu dapat dilakukan pula dengan analisis perbandingan akan dua lirik dengan tema yang sama.

10. Penulis :Argenta Diansyah Pradana, Didik Hariyanto
Judul : Semiotika dalam Lagu OMG oleh New Jeans Mendekripsi Realitas Industri Kpop
Hasil : Pada penelitian ini adalah MV New Jeans "OMG" menggambarkan realitas industri hiburan korea yang diterima personel idol K-Pop yang dituntut sempurna oleh penggemar. Mereka dibentuk seperti itu oleh agensi mereka untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen atau penggemar yang beranekan ragam. Beberapa dari mereka menjalani hal tersebut tidak dengan senang hati, adapula yang tertekan karena mereka dibentuk karena tuntutan tidak seperti menjadi diri mereka sendiri. Mereka dibentuk untuk mencari banyak penggemar, mempunyai banyak penggemar memang menguntungkan. Akan tetapi banyak penggemar juga memiliki beban yang berat, karena harus menjadi seperti yang diinginkan mereka. Apabila suatu idol tidak seperti yang diharapkan mereka tentunya akan muncul suatu pergolakan dari fans yang bisa mempengaruhi kehidupan pribadi dari seorang idol. Saran dari penelitian selanjutnya adalah untuk lebih banyak membahas tentang sisi lain atau realitas pada industry K-Pop, karena untuk sekarang masih sedikit yang membahas tentang sisi lain atau realitas pada industry K-Pop. Kebanyakan dari mereka hanya memperlihatkan keberhasilan atau sisi luar dari industri tersebut.

11. Penulis : Adinda Rinanda, Achiriah, Abdul Rasyid
Judul : ANALISIS PESAN SELF LOVE DALAM LIRIK LAGU ANSWER: LOVE MYSELF PRODUCED BY BEYOND THE SCENE (BTS) (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure )
Hasil : Berdasarkan penyajian data peneliti serta hasil analisa yang diperoleh dari data yang berbeda, beberapa kesimpulan yang bisa dipetik dari riset ini diantaranya: Sebuah lagu bukan hanya memuat suara serta lirik, melainkan juga mengandung pesan serta arti didalamnya. BTS menciptakan sebuah lagu yang mengandung pesan dan arti di karya tersebut. Pesan dan arti ini bisa ditempatkan sebagai simbol lagu. Sebuah simbol tidak hanya suatu patung yang bisa diraba, tetapi simbol juga terkandung dalam suatu tulisan, termasuk lagu, meskipun tidak bersifat materi serta bisa diraba, namun simbol tersebut bisa berkomunikasi dengan indera lainnya, sehingga dapat menjadi. untuk didengar oleh telinga. yang merasa ingin melakukannya. Pesan cinta diri yang dapat terkandung dalam lagu ini, lagu ini mewakili pesan bahwa kita harus percaya dengan hal-hal yang sedang diperjuangkan, pada kekuatan yang dimiliki diri dan dapat berdamai dengan masa lalu, untuk membuatnya sampai akhir damai menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Percaya diri adalah bagian dari cinta diri dan pasti dapat membantu membawa energi positif kepada orang-orang dalam hidup Anda saat Anda berpikir atau membuat keputusan. Setiap lagu BTS selalu tentang bagaimana perasaan orang serta tindakan mereka yang dilakukan dalam sehari-hari. Ini memastikan bahwa pesan yang dikirim berhasil terkirim.

12. Penulis : Diany Indriningtiyas
Judul : BRAND AMBASSADOR ARTIS KOREA PADA E-COMMERCE DI INDONESIA
Hasil : Bentuk dari brand ambassador artis Korea pada e-commerce di Indonesia sebenarnya sudah cukup tepat mengingat akan adanya Korean Wave atau Hallyu yang menyebar di seluruh dunia terutama Indonesia. Adanya Korean Wave atau Hallyu di Indonesia membuat para ecommerce berlomba-lomba menggunakan artis Korea sebagai brand ambassador dalam membentuk reputasi yang lebih bagus lagi serta mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi. Untuk pemilihan brand ambassador yang didasari dengan Visibility (kepopuleran) walaupun artis Korea tersebut memiliki banyak fans tetapi para pengguna e-commerce tidak akan terpengaruh dengan artis Korea tersebut karena bagi mereka berbelanja sesuai dengan kebutuhan atau tertarik dengan suatu produk yang menarik perhatian dari konsumennya. Credibility (kredibilitas) artis Korea yang mempunyai fans yang loyal akan selalu mendukung mereka tetapi berbeda dengan pengguna lama e-commerce mereka tidak peduli akan artis Korea tersebut. Attraction (daya tarik) para fans akan berlomba-lomba untuk mendukung artis tersebut seperti membeli barang-barang yang berbau tentang Korea dan artis yang mereka sukai karena akan adanya gift yang mereka dapatkan. Sama halnya dengan ecommerce di Indonesia para e-commerce tersebut akan memberikan gfit berubapa photocard, poster bertanda tangan artis tersebut, bahkan sampai memberikan tiket gratis untuk meet and greet. Power (kekuatan) yang dimiliki artis Korea adalah kharimastik dan juga fans yang banyak sehingga fans akan selalu mendukung mereka apapun yang mereka lakukan. Berdasarkan output penelitian pada atas, malalui VisCAP bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hal tersebut tidak ada pengaruhnya bagi para e-commerce menggunakan artis korea untuk brand ambassador bagi para pengguna lama e-commerce karena bagi mereka berbelanja online hanya untuk kebutuhan dan keracunan barang barang yang mereka liat di iklan media sosial yang menurut mereka barang tersebut lucu, murah, kualitas bagus serta diskon yang sangat menggiurkan. Untuk pengguna yang sering berbelanja online di ecommerce mereka sama sekali tidak akan peduli akan adanya gift yang e-commerce berikan karena mereka berniat untuk berbelanja sesuai kebutuhan saja. Walaupun sebenarnya mereka tau brand ambassador dari e-commerce tersebut hanya saja mereka tidak memperdulikannya kecuali untuk brand ambassador dari suatu produk atau merek seperti makeup, skincare, dan lain-lain dengan artis lokal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian tambahan tentang brand ambassador artis korea dari berbagai variabel lain dan aspek lainnya bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini mendapatkan hasil dari melihat banyaknya artis korea menjadi brand ambassador dari brand di Indonesia terutama ada e-commerce.

13. Penulis : Rany Rosaria Iriany
Judul : KONSTRUKSI IMAGE PSY: ARTIS GANGNAM STYLE
Hasil : Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Psy sedang mengonstruksikan image-nya sebagai artis K-Pop yang mematahkan stereotype standar seorang artis K-Pop dari segi visual, verbal, dan nonverbal. Melalui hal tersebut, Psy mengonstruksikan bahwa ia adalah artis dari Korea, yang berbeda (dari ketiga aspek tersebut) dan tidak takut untuk menunjukkan perbedaannya di antara standarisasi yang ada dalam K-Pop. Di sini Psy menunjukkan bahwa ia memiliki pembeda dari ketiga aspek tersebut dengan artis K-Pop lain yang terpengaruh budaya Barat. Dari hasil image yang diolah, dan dikonstruksikan oleh Psy dan manajemennya, terdapat hal yang menarik di mana ketika artis K-Pop lainnya berusaha meniru gaya budaya pop Amerika dalam fashion, musik, tarian, dan hal lainnya, Psy sebaliknya. Psy bersama timnya, membentuk image-nya yang berbeda dari ketiga aspek tersebut, agar dapat berkembang dan bertahan dalam industrialisasi musik, khususnya di Korea Selatan. Dalam penelitian ini, juga ditemukan bahwa image yang dibawa oleh Psy memberikan suasana baru bagi musik K-Pop yang sebelumnya memiliki karakteristik standar yang identik satu dengan lainnya, tetapi ditutupi oleh individualisasi palsu. Melalui star image-nya, Psy ingin menyindir orang-orang Korea, khususnya artis K-Pop dengan gaya hidup Gangnam yang sangat terpengaruh budaya Amerika dari ciri khas yang ia bangun di media. Tetapi pada akhirnya, Psy memunculkan standarisasi baru dalam industri musik Korea. Orangorang yang memiliki fisik sama dengan dirinya mulai berkarya dan diterima sebagai bagian dari industri musik Korea (K-Pop). Setelah melakukan penelitian mengenai konstruksi image Psy dari berbagai teks media dengan metode star studies, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan media yang lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini terdapat kendala penguasaan bahasa Korea, sehingga data yang dikumpulkan lebih terbatas, dan kurang bervariatif. Selain itu, peneliti juga menyarankan bagi penelitian selanjutnya menggunakan metode reception analysis untuk melihat bagaimana image yang ditampilkan Psy ini diterima oleh masyarakat.

14. Penulis : Siti Khodijah Lestari, Acep Iwan Saidi
Judul : SEMIOTIKA “KAMPANYE LOVE MYSELF” GRUP PENYANYI KOREA BTS
Hasil : Setelah dilakukan analisis semiotika “Kampanye Love Myself” pada grup penyanyi Korea BTS (studi kasus: video comeback trailer ‘Epiphany’) dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, maka dapat disimpulkan bahwa adegan bercermin pada timecode 0:12, 1:29 dan 3:34 merupakan bagian penting dan inti dari pesan Love Myself sehingga ditampilkan secara berulang. Ketiga adegan bercermin yang telah dianalisis sebelumnya dapat dikatakan sebagai gambaran siklus konflik yang terjadi pada diri Jin sebagai karakter utama di video musik Epiphany. Adegan pertama, penggunaan setting Officetell sebagai gambaran orang Korea yang menjadi target kampanye, berada di usia 20an sampai 30an, tinggal sendiri dan berada di kota besar. Kemudian Jin yang bercermin dengan menyondongkan badannya, diartikan ia sedang pada tahap intropeksi mengenai tindakan/ keputusan yang ia ambil apakah sudah tepat atau belum. Disimpulkan bahwa adegan ini merupakan bagian pengenalan karakter dari cerita dan sebagai tahap awal permasalahan. Adegan kedua, Jin kembali bercermin dan terlihat pakaiannya bergaya smart-casual menjadi gambaran pria Korea yang metroseksual, yaitu hidup diperkotaan modern yang peduli terhadap citra dirinya dengan memperhatikan penampilannya. Jin yang selalu memperhatikan tampilannya sebelum pergi menunjukkan ia seseorang yang mempersiapkan untuk terlihat baik. Dapat diasumsikan Jin melakukan itu karena memperhatikan bagaimana reaksi orang lain terhadap penampilannya, adegan ini sebagai tahap klimaks konflik. Adegan ketiga, Jin sudah menyadari bahwa dirinyalah yang utama dan harus ia cintai. Jin tidak merubah sesuatu yang ada dalam hidupnya melainkan ia merubah pola pikirnya untuk mencintai dirinya dan saat bercermin ia merasa hal itu terlihat baik karena ia mengutamakan dirinya. Saat ini Jin harus mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi terfokus pada orang lain, adegan ini sebagai tahap penerimaan dan penyelesaian masalah yang dihadapinya. Dari kesimpulan pembahasan pesan pada video musik Epiphany diatas, ditemukan hal yang berelasi dengan konteks budaya Korea Selatan yaitu fenomena obsesi bercermin. Fenomena bercermin ini dikonotasikan negatif karena yang dimaksud bercermin pada tahap ini sudah sampai berlebihan atau dapat dikatakan sebagai obsesi. Kebiasaan bercermin pada masyarakat Korea Selatan dipengaruhi oleh selebriti Korea dan 'gelombang Hallyu', yang merujuk pada aktor, penyanyi dan Idol menjadi salah satu penyebab orang-orang mulai memperhatikan penampilannya. Maka, penampilan menjadi faktor penting untuk merepresentasikan diri karena penampilan menjadi daya nilai seseorang dalam masayarakat Korea Selatan. Jadi, munculnya fenomena bercermin merupakan pertentangan dengan pesan Kampanye Love Myself untuk mencintai dirinya sendiri. Mitos yang ditampilkan yaitu di Korea penampilan menjadi faktor penting untuk merepresentasikan diri karena penampilan menjadi daya nilai seseorang. Hal ini bukan berarti tidak penting penampilan seseorang selama ia mencintai dirinya. Namun yang menjadi poin penting pesan mencintai diri sendiri ialah ketika ia memperhatikan penampilannya tidak harus berdasarkan keinginan orang lain namun harus berdasarkan apa nyaman dengan dirinya terlebih dahulu.

15. Penulis : Shelby Anneshavira Aditya , Sylvie Nurfebiaraning. 
Judul : PERSONAL BRANDING REZA DARMAWANGSA MELALUI YOUTUBE SEBAGAI PENYANYI COVER KOREA POP
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang menunjang pada pembahasan yang ada pada bab empat, dalam melakukan Personal Branding Reza Darmawangsa melalui YouTube sebagai penyanyi cover Korea Pop. Kriteria pertama yakni keaslian, Reza sebagai penyanyi cover Korea Pop di YouTube telah baik menunjukan segi keaslian dengan mengedepan originalitas dalam mencerminkan karakter, perilaku, dan nilai – nilai diringi dengan keselarasan ambisi pribadi. Kedua yakni integritas, Reza berhasil menunjukan integritas sebagai penyanyi cover Korea Pop di YouTube yang memiliki tata perilaku yang baik dengan khalayaknya dan menerapkan kode moral yang ditetapkan oleh ambisi pribadi. Ketiga ada konsistensi, Reza kurang konsisten dalam mengunggah video cover lagu Korea Pop pada kanal YouTubenya. Video cover lain Reza masih lebih mendominasi dibandingkan dengan video cover Korea Pop. Kriteria berikutnya yakni spesialisasi, Reza sudah terspesialisasi dalam bidang yang ditekuninya dalam melakukan Personal Branding melalui YouTube dengan keunikan dan bakat inti Reza dalam mengcover lagu Korea Pop. Kewibawaan, Reza memiliki tolak ukur yang baik sebagai orang yang ahli atau diakui dan berpengalaman dalam bidang yang ditekuni. Reza terbukti mendapatkan pengakuan dari penyanyi asli lagu Korea Pop yang dicover oleh Reza, dan kerap dipercaya untuk hadir dan tampil sebagai bintang tamu dalam acara yang bertemakan Korea Pop. Selanjutnya kekhasan, pembeda Reza ditunjukan dengan memiliki segmentasi yang berbeda dibandingkan dengan kebanyakan dari penyanyi cover laki – laki Indonesia di YouTube yakni dengan mengcover lagu Korea Pop. Kriteria selanjutnya ada relevan, dalam hal relevansi antara Reza dengan target audiens Reza sudah sesuai dan dianggap penting berdasarkan respon yang dihasilkan dari segi minat dan ketertarikan subscriber Reza terhadap Korea Pop. Selanjutnya kriteria visibilitas, Reza memenuhinya dengan baik karena audiens Reza yang diniliai sudah memahami perilaku yang Reza tunjukan sebagai penyanyi cover Korea Pop. Selanjutnya ada kriteria kegigihan, Reza menujukan ketekunan, perencanaan, percaya diri sendiri dalam hal mengcover Korea Pop. Selanjutnya kriteria kebaikan atau hubungan baik, Reza memenuhi kriteria kebaikan dengan sangat baik terlebih dapat memotivasi orang – orang yang ingin mengcover lagu Korea Pop dengan menjadikannya sebagai referensi. Kriteria terakhir yakni dalam hal kinerja, Reza menunjukan kinerja yang baik dalam melakukan Personal Branding. Reza terbukti secara terus – menerus mengunggah kegiatannya dalam hal megcover lagu Korea Pop ke dalam YouTube dan melihat pencapaian yang diraih.

16. Penulis : Dwi Ismi Noviyanti, Ana Fitriana Poerana, Oky Oxcygentri
Judul : KONTRUKSI MAKNA FANGIRLING (STUDI FENOMENOLOGI PADA FAN ACCOUNT TWITTER PENGGEMAR IU DI KALANGAN FOLLOWERS @_IUINDONESIA)
Hasil : Para informan memiliki makna masing-masing mengenai fangirling berdasarkan pengalaman mereka. Dari informasi yang telah dijabarkan oleh informan, ada yang memaknaifangirlinguntuk hiburan, pemenuhhasrat, dan mendukung idola.Motif informan melakukanfangirlingpada dasarnya sama, tetapi dengan penyampaian yang berbeda-beda. Motifnya terbagi dalam dua fase, yaitu because motive danin order to motive. Because motive danin order to motivemereka dipengaruhi oleh dirinya sendiri yang memiliki kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi sehingga merasa kurang pemenuhan kebutuhan emosi sehingga beranggapan bahwa dengan melakukanfangirlingdirinya menjadi lebih baik dan juga sebagai motivasi. Para informan memiliki pengalaman komunikasi yang positif dala melakukan fangirling, dimana mereka dapat memperluas pertemanan bahkan sampai ke luar negeri, juga dalam berkomunikasi kepada IU yang merupakan idolanya mereka bisa berkomunikasi langsung

17. Penulis : Alfitriah , Muhammad Dicka Ma'arief Alyatalatthaf 
Judul : K-POP IDOL STANDARD DAN PRAKTIK KOMODIFIKASI PEKERJA DALAM VIDEO CLIP “IU-CELEBRITY”
Hasil : Berdasarkan analisis semiotika John Fiske, peneliti menguraikan K-pop idol standard dalam video klip IU - Celebrity melalui tiga level tanda. Level Realitas memaparkan peristiwa yang dienkode dalam bentuk ekspresi wajah IU, pakaian, lingkungan, perilaku, gestur, ekspresi, dll. Level Representasi memaparkan peristiwa yang dienkode dalam bentuk technical codes berupa teknik kamera dan angle. Level Ideologi memaparkan temuan dalam kode-kode ideologis seperti slavery, voyeurism, dan capitalism. Penelitian ini juga menguraikan praktik komodifikasi pekerja yang direpresentasikan IU melalui video klip Celebrity. Komodifikasi pekerja ditemukan dalam lima bentuk yaitu eksploitasi yang dilakukan melalui Slavery Contract, alienasi melalui pembagian profit tidak adil, mistifikasi melalui konteks persuasif dan konteks intimidasi, reifikasi melalui gaya hidup glamor K-pop idol, dan naturalisasi melalui manipulasi gaslighting.

18. Penulis : Gita Tiara Putri Quraisyma1
Judul : ANALISIS INTERPRETASI LAGU HIT IU YANG  MENCAPAI ALL KILL YANG SEMPURNA
Hasil : Setelah penulis menganalisis lagu-lagu tersebut, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Lagu-lagu hits IU yang dijadikan sampel adalah : “You and I”, “Friday”, “Léon”, “Through 
Malam”, “BBIBBI”, “Puisi Cinta”, “Blueming” dan “Memberimu Hatiku”.
2. Semua lagu hits tersebut tidak memiliki nada dasar yang sama – 2 di antaranya adalah lagu fast dance, 2 di antaranya 
mereka adalah RnB biasa-biasa saja, dan 4 di antaranya adalah lagu pop ballad yang easy listening. 
3. Dari sampel tersebut, 5 lagu berhubungan dengan gender perempuan dan 3 di antaranya tidak berhubungan dengan gender 
terkait.
4. Semua lagu menggunakan bahasa kiasan dan perlu didengarkan berulang kali 
Sebelum menyimpulkan dan memahami maknanya, hanya lagu “Friday” saja yang bisa 
tidak menggunakan bahasa yang lebih kiasan dan mempunyai makna yang jelas dan jelas.
5. Faktor linguistik sepertinya bukan aspek yang penting karena orang mendengarkan melodi dan 
musiknya dulu baru mereka mencari liriknya nanti – tapi dengan menggunakan bahasa kiasan di dalamnya 
lirik lagu membuat lagu terdengar lebih menarik dan mendalam. Dari lagu hits 8 IU 
yang mencapai perfect all-kill, semuanya menggunakan bahasa kiasan.
6. Dalam menulis lagu: musik, alat musik, gaya bernyanyi dan liriknya kompak
faktor-faktor yang akan membuat atau menghancurkan lagu di telinga pendengar.
7. Dalam penulisan lirik, 6 lagu IU ditulis sendiri.
8. Kesimpulannya, lagu-lagu IU menjadi hits karena beberapa faktor seperti – musik, the 
instrumen, gaya bernyanyi dan lirik dengan bahasa kiasan.
9. Dalam penafsiran tidak ada pendapat absolutisme, karena orang bisa melihatnya dari berbagai sudut pandang 
pandangan tergantung pada pengalaman, kedewasaan dan pengetahuan mereka.

19. Penulis : Eugene, Cindy (2016)
Judul : Pemaknaan remaja Surabaya mengenai sensualitas perempuan dalam video klip Stellar "Marionette"
 Hasil : Dalam penelitian mengenai sensualitas ini remaja yang berada pada usia remaja awal dan juga remaja yang berada dalam usia remaja akhir sebenarnya masih belum mengerti apa yang dimaksud dengan sensualitas karena masih ada peserta yang mengangap sensualitas sama halnya dengan pornografi dan erotisme. Dalam hal ini tahapan usia, jenjang pendidikan, serta lingkungan penggemar K-pop dan yang bukan penggemar K-pop tidak menentukan posisi audience dalam tiga jenis penerimaan Stuart Hall. Tanggapan beberapa remaja mengenai penggambaran perempuan dalam video klip tersebut kebanyakan menganggap perempuan sebagai pihak yang dikontrol dan juga dianggap sebagai perempuan yang tidak baik. Gambaran perempuan disini ditunjukkan mengikuti konstruksi perempuan kebanyakan, beberapa peserta beranggapan bahwa perempuan yang ada dalam video klip digambarkan bahwa perempuan menjadi objek dan digambarkan seperti budak. Sebenarnya sensualitas digunakan dalam video klip karena adanya budaya patriarki yang memposisikan perempuan sebagai objek dan juga pria sebagai pihak yang dominan. Dengan masuknya konsep sensualitas dalam video klip tersebut membuat pihak media dapat mengeruk keuntungan secara ekonomis, jadi sensualitas digunakan hanya sebagai sarana mengambil keuntungan dengan memberikan kenikmatan memandang bagi mata lelaki. Dalam FGD yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil dari teori encoding dan decoding Stuard Hall yaitu para remaja terbagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Dominan/ hegemonic: remaja yang termasuk dalam dominan/hegemonic adalah remaja yang menyebutkan sensual atau dewasa, karena pandangan sensual selalu memuat konten-konten yang ada pada orang dewasa. Dalam hal ini Remaja menerima langsung kode yang disajikan oleh media yaitu bahwa video klip Stellar “Marionette” adalah video klip yang sensual atau dewasa, sesuai dengan pemberitaan di media massa. Dalam hal ini peserta yang termasuk dalam posisi dominan ada dua orang yaitu satu perempuan dari kelompok remaja pertengahan yang menyukai K-pop, dan satu orang perempuan dari usia remaja akhir yang tidak kuliah serta tidak menyukai Kpop, mereka menyatakan bahwa video klip tersebut menunjukkan sensualitas. Negotiated code: remaja yang termasuk dalam negotiated code adalah remaja yang menganggap bahwa video klip tersebut memang sensual tetapi dapat dimaklumi dan tidak terlalu sensual. Peserta remaja yang ada pada negotiated code ada dua orang dari tahapan usia remaja pertengahan yang bukan merupakan penyuka korea dan juga dua orang dari tahapan usia remaja akhir yang merupakan penyuka K-pop dan yang bukan Penyuka Kpop. Remaja laki-laki pada usia pertengahan dan tidak menyukai K-pop menganggap kalau video klip tersebut biasa saja karena budaya di korea memang seperti itu dan juga masih wajar dalam dunia musik, dan perempuan yang berada pada tahapan usia remaja pertengahan yang tidak menyukai K-pop yang menganggap bahwa penampilan dalam video klip tersebut vulgar tetapi masih dapat di toleransi dalam dunia entertainment. Sedangkan remaja yang ada pada usia remaja akhir yaitu seorang perempuan yang merupakan pecinta korea dan juga berstatus sebagai pelajar menganggap bahwa video klip tersebut tidak sensual karena sudah mengenal K-pop dengan baik. Satu orang laki-laki yang berasal dari tahapan usia remaja akhir dan bukan merupakan penyuka K-pop menunjukkan sikap negosiasi mengenai video klip tersebut karena menurutnya video klip tersebut adalah video klip yang vulgar, tetapi masih wajar-wajar saja di jaman yang sekarang ini. c. oppositional code: remaja yang termasuk dalam oppositional code adalah remaja yang menganggap bahwa video klip tersebut memiliki makna yang berbeda, tidak sensual. Peserta yang ada pada posisi oppositional adalah satu orang laki-laki yang ada pada tahapan usia remaja awal, dan merupakan penyuka K-pop menganggap video klip tersebut porno, hal tersebut dikarenakan peserta yang merupakan penyuka penyanyi korea IU yang dalam penampilannya menyajikan gerakan, pakaian dan cara menyanyi yang cute. Satu orang peserta laki-laki dari tahapan usia remaja akhir yang merupakan penyuka K-pop yang tidak kuliah berada pada posisi oposisional karena menganggap bahwa video klip tersebut teralu vulgar.

20. Penulis : Grace Liangga Liong, Natalia Shena Ananda Junaidi, Ferry Jaolis
Judul : PENGARUH VISUAL, VOCAL, DAN CELEBRITY EFFECT (BOYBAND BTS) TERHADAP DESTINATION IMAGE DAN INTENTION TO VISIT KE KOREA SELATAN
Hasil : Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Visual Effect dan Vocal Effect berpengaruh signifikan terhadap Destination Image. Semakin video musik dan performance BTS mampu menunjukkan keadaan dan suasana Korea Selatan serta mengandung bahasa dan musik Korea Selatan, semakin positif juga Destination Image ARMY di Indonesia terhadap Korea Selatan. Sedangkan hasil dari Celebrity Effect tidak menemukan adanya pengaruh signifikan terhadap Destination Image. Semakin video musik dan performance BTS menunjukkan pesona member-member BTS yang menarik, hal tersebut tidak menjamin akan terbentuknya Destination Image ARMY di Indonesia terhadap Korea Selatan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa Destination Image berpengaruh signifikan terhadap Intention To Visit. Artinya, semakin ARMY di Indonesia memiliki Destination Image yang positif terhadap Korea Selatan, semakin tinggi juga Intention To Visit mereka untuk berkunjung ke Korea Selatan. 
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang bisa diterapkan oleh industri pariwisata di Indonesia agar membuat Destination Image yang positif serta meningkatkan Intention To Visit seseorang untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata di Indonesia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) dapat bekerja sama dengan industri entertainment di Indonesia untuk meningkatkan Visual Effect dalam video musik dan performance penyanyi-penyanyi Indonesia kedepannya untuk seperti menunjukkan pinggiran kota yang indah, meningkatkan jumlah dan lokasi kota-kota metropolitan di Indonesia yang menjadi pusat bisnis atau budaya sebagai latar belakang, ataupun menampilkan aktivitas dan gaya hidup Indonesia seperti kuliner makanan khas Indonesia. Hal tersebut mampu membentuk Destination Image yang positif pada para audiens. Kemudian, industri entertainment Indonesia juga dapat menambah penggunaan alat musik tradisional dan menggunakan lirik yang menggambarkan isu sosial dan prinsip hidup orang Indonesia dalam produksi lagu atau video musik dan performance penyanyi-penyanyi Indonesia agar para audiens termotivasi untuk mengunjungi Indonesia.
Penelitian ini hanya berfokus pada komunitas ARMY di Indonesia sehingga tidak dapat melihat varian hasil lainnya secara umum. Maka dari itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan penulis dapat memperluas sampel dengan menentukkan sampel yang lain, contohnya seperti masyarakat umum. Penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk dapat memfokuskan pada jenis sampel yang lebih spesifik seperti ARMY di Surabaya dan meningkatkan jumlah sampel untuk memastikan prediksi pengaruh antar variabel yang lebih konsisten. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel mediasi antara Celebrity Effect dengan Destination Image untuk melihat lebih jelas pengaruh dari celebrity terhadap image suatu tempat. Contohnya dengan menggunakan variabel celebrity worship dan familiarity. Jika ingin melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama, penulis dapat meneliti selebriti lainnya. Contohnya seperti NCT, Blackpink, TWICE, Stray Kids, IU yang berasal dari Korea Selatan ataupun selebriti dari negara lain.

Kesimpulan 
Dari 20 Jurnal penelitian yang
dipaparkan didapatkan bahwa semiotika terhadap lagu mengungkapkan bahwa elemen-elemen musik dan lirik secara simbolis mencerminkan dan mengkomunikasikan makna yang mendalam kepada pendengar. Melalui analisis tanda-tanda dan simbol-simbol dalam lagu, kita dapat memahami bagaimana pesan emosional, sosial, dan budaya disampaikan dan diterima oleh audiens. Dengan demikian, semiotika lagu tidak hanya memperkaya apresiasi musikal, tetapi juga membuka wawasan tentang dinamika komunikasi dalam konteks budaya yang lebih luas, selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa budaya K-pop telah menjadi fenomena global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya hidup, mode, dan perilaku konsumsi generasi muda. Ketertarikan terhadap K-pop tidak hanya didorong oleh musik dan penampilan visual yang menarik, tetapi juga oleh strategi pemasaran yang cerdas dan keterlibatan aktif penggemar melalui media sosial. Dampaknya, K-pop telah berhasil membangun jembatan budaya yang memperluas apresiasi dan pemahaman lintas budaya, menjadikannya salah satu kekuatan dominan dalam industri hiburan global saat ini. Salah satu nya bahwa IU telah mengukir kesuksesan yang luar biasa sebagai artis solo Korea melalui karya-karyanya yang beragam dan berkualitas tinggi. Dengan kemampuan vokal yang luar biasa, kecerdasan dalam memilih lagu-lagu yang relevan, dan kemampuan untuk menyampaikan emosi yang mendalam, IU berhasil menarik perhatian tidak hanya di dalam Korea, tetapi juga secara global. Prestasinya yang konsisten dalam mencetak hit lagu dan menjaga kualitas artistiknya menjadikannya salah satu ikon musik yang paling dihormati dan diakui dalam industri musik Korea dan di tingkat internasional.

Referensi 
https://id.m.wikipedia.org/wiki/IU
https://www.gramedia.com/literasi/teori-semiotika/
https://www.gramedia.com/literasi/semotika/
https://www.parapuan.co/read/534000870/makna-lirik-lagu-love-wins-all-iu-yang-tampilkan-v-bts-cinta-menangkan-segala-halangan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Love_Wins_All
https://kumparan.com/berita-hari-ini/makna-lagu-love-wins-all-single-terbaru-iu-untuk-uaena-222IUbD3u7f
https://linggaupos.disway.id/read/657683/makna-lagu-love-wins-all-milik-iu-diungkapkannya-melalui-surat-dari-pengalaman-saya-kebencian-selalu-ada
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7157876/lirik-dan-makna-love-wins-all-lagu-terbaru-iu-yang-dibintangi-v-bts

Senin, 27 Mei 2024

ANALISIS SEMIOTIKA DAN KERANGKA TEORITIK DARI VIDEO KLIP IU “LOVE WINS ALL” SEBAGAI REPRESENTASI SEPASANG KEKASIH YANG MENCOBA SALING MENCINTAI SAMPAI AKHIR, MESKI HARUS MELEWATI BERBAGAI RINTANGAN.

Analisis Musik Vidio Love wins All by IU dengan teori Roland Barthes

Abstrak 
Penelitian ini menganalisis video musik 'Love Wins All' oleh IU melalui pendekatan semiotika Roland Barthes, untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi tanda-tanda dan makna yang tersembunyi dalam elemen visual lagu. Melalui teori Barthes, video musik ini dipecah menjadi dua level tanda: denotasi dan konotasi. Pada level denotasi, video tersebut menggambarkan kisah cinta dan perjuangan yang diekspresikan melalui serangkaian visual artistik dan naratif. Sementara itu, pada level konotasi, ditemukan bahwa video musik ini mengandung 
makna mendalam tentang keadilan, kebebasan, dan kemenangan cinta atas segala rintangan, yang disampaikan melalui simbolisme warna, gerakan, dan ekspresi wajah sang artis. Analisis ini menunjukkan bagaimana IU menggunakan elemen-elemen semiotik untuk mengkomunikasikan pesan-pesan sosial dan emosional. 

Pendahuluan 
Anak-anak muda saat ini mulai menggandrungi tren K-Pop. K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Lagu  K-Pop yang saat ini banyak penggemarnya hingga hampir seluruh dunia menyukainya yakni IU dengan nama asli Lee Ji Eun lahir 16 Mei 1993 adalah seorang penyanyi-penulis lagu, produser, model dan Aktris berasal dari Korea. Nama panggungnya berasal dari kata "I and You (Aku dan Kamu)" yang melambangkan bahwa "kita" dapat menjadi "satu" melalui musik. Nama klub penggemarnya yaitu UAENA, di mana setiap suku kata memiliki arti yang berbeda: "you (kamu)" dari Bahasa Inggris, "ae" adalah Sino-Korea untuk "cinta", dan "na" adalah Bahasa Korea untuk "aku". IU melakukan debut di usia 15 tahun pada 2008, di bawah naungan Leon Entertaiment (sekarang EDAM Entertaimen) sebagai penyanyi dengan album mini pertamanya Lost and Found. Meskipun album selanjutnya, Growing Up (album IU) dan IU...IM membawa kesuksesan, namun perilisan lagu "Good Day" (bahasa Korea: 좋은 날), yang merupakan single utama dari album 2010-nya, Real adalah kesuksesan besar dari penyanyi tersebut yang membuatnya mendapatkan ketenaran nasional di korea selatan. "Good Day" menghabiskan waktu lima minggu berturut-turut berada di posisi teratas Tangga Lagu Digital Gaon Korea Selatan, dan pada tahun 2019, lagu ini menduduki peringkat nomor satu dalam daftar "100 Lagu K-Pop Terbaik dekade 2010an" oleh majalah Billboard.

Musik video "Love Wins All" karya IU menawarkan ruang interpretasi yang kaya dan kompleks, yang dapat dianalisis melalui lensa teori semiotika Roland Barthes. Barthes, seorang ahli teori budaya Prancis, mengembangkan konsep bahwa tanda-tanda dalam budaya populer memiliki lapisan makna yang lebih dalam daripada yang terlihat pada pandangan pertama. Dalam analisis ini, kami akan menggali denotasi dan konotasi yang terdapat dalam visual dan lirik musik video ini. Pendekatan semiotika Barthes akan membantu mengungkapkan bagaimana elemen-elemen visual dan naratif dalam "Love Wins All" bukan hanya menyampaikan cerita cinta yang sederhana, tetapi juga memuat pesan-pesan budaya dan ideologis yang lebih luas tentang cinta dan kemenangan. Dengan demikian, analisis ini bertujuan untuk menguraikan simbolisme dan makna yang terkandung dalam karya ini, serta bagaimana IU menggunakan media ini untuk menyampaikan pandangan dan nilai-nilai tertentu kepada audiensnya.

Metode Penelitian 
Dalam menganalisis musik video 'Love Wins All' oleh IU dengan pendekatan teori Roland Barthes, penelitian ini menggunakan metode semiotika untuk mengidentifikasi simbol-simbol yang digunakan dalam video tersebut. Analisis dilakukan terhadap penggunaan warna, gerak tubuh, dan ekspresi wajah IU untuk menggambarkan konsep cinta dan kebahagiaan yang dijelaskan dalam teori Barthes tentang mitos dan kode-kode budaya yang tersembunyi dalam representasi visual.

Kerangka Teoritik 
SEMIOTIKA
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda, yang dianggap sebagai dasar konvensi sosial dan memiliki makna tertentu. Tanda dapat berupa berbagai objek, peristiwa, dan budaya yang dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Dalam kajian semiotika, fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan dianggap sebagai tanda-tanda, dan semiotika mempelajari sistem-sistem tanda yang dihasilkan oleh alam dan budaya manusia.

Menurut para ahli, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai objek, peristiwa, dan budaya sebagai tanda. Semiotika dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan tanda, dimulai dengan sistem tanda dan proses yang terlibat dalam penggunaan tanda pada akhir abad ke-18.

Charles Sanders Peirce, yang dianggap sebagai bapak semiotika modern, berusaha mengembalikan sebagian besar "sesuatu" menjadi "sesuatu dalam diri mereka", serta melakukan studi tanda untuk memahami pikiran manusia. Peirce juga membagi tanda menjadi sepuluh jenis berdasarkan segitiga model semiotika, yakni: signifier, signified, dan interpretant.

Roland Barthes juga termasuk dalam jajaran tokoh besar di dunia semiotika. Menurutnya, semiotika adalah ilmu yang digunakan untuk memaknai suatu tanda, yang mana bahasa juga merupakan susunan atas tanda-tanda yang memiliki pesan tertentu dari masyarakat. Tanda di sini juga dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah, hingga gerak tubuh. Barthes mencetuskan model analisis tanda signifikansi menjadi dua tahap atau biasanya disebut dengan "two order of signification." Dalam signifikansi tahap pertama, berupa hubungan antara petanda dan penanda dalam bentuk nyata alias denotasi, yakni makna asli yang dipahami oleh kebanyakan orang. Kemudian dalam signifikansi tahap kedua, terdapat konotasi yang menggambarkan hubungan ketika tanda tersebut bercampur dengan perasaan atau emosi.

Semiotika juga dikembangkan dan digunakan secara luas dalam berbagai bidang, seperti linguistik, sastra, arsitektur, musik, seni visual, komunikasi visual dan komunikasi non-verbal. Dalam hal ini, teori semiotika mengacu pada kehidupan manusia, yang dapat dianggap penuh dengan tanda, dan semiotika sebagai mediator tanda dalam proses komunikasi, sehingga orang disebut homo semioticus.

Dalam analisis semiotika, tanda dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri atas tiga komponen: signifier (petanda), signified (makna), dan interpretant (pemahaman). Analisis semiotika juga mempertimbangkan aspek-aspek seperti konotasi, denotasi, dan signifikansi dalam memahami makna tanda. Dengan demikian, semiotika memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana tanda digunakan dalam komunikasi manusia dan bagaimana makna diperoleh dari tanda.

Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal salah satu seorang pemikir strukturalis yang
memperaktikan model linguistik dan semiologi Saussure. Dia berpendapat
bahasa adalah sebuah sistem tanda yang memperlihatkan asumsi-asumsi dari
suatu masyarakat tertentu dalam waktu yang tertentu (Sobur, 2013:63).
Teori Semiotika Roland Barthes mengutamakan tiga pilar pemikiran yang
menjadi inti dari analisanya, yaitu makna Denotatif, Konotatif dan Mitos. Sistem
pemaknaan pertama disebut dengan Denotatif dan sistem pemaknaan yang kedua
disebut dengan Konotatif. 

Denotatif adalah sebuah makna yang terlihat jelas secara kasat mata, artinya
makna denotatif merupakan makna yang sesungguhnya atau suatu tatanan
pertama yang dimana makna tersebut bersifat tertutup, dimana makna
denotasi menghasilkan makna yang bersifat eksplisit, langsung dan pasti.
Sedangkan makna Konotatif mengungkapkan sebuah makna yang
terkandung di dalam tanda-tanda tertentu,atau suatu tanda yang penandanya
memiliki keterbukaan makna atau bisa dikatakan makna implisit. Makna
yang tidak secara langsung dan tidak pasti, artinya makna konotatif terbuka
untuk kemungkinan penafsiran-penafsiran baru. Denotasi dapat dikatakan
merupakan objektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna
subjektif dan bervariasi (Vera, 2014:26).
Selain denotasi dan konotasi, dalam Teori Semiotika Roland Barthes
tidak lepas dari mitos. Mitos adalah sebuah tanda atau makna yang
berkembang di dalam masyarakat karena adanya pengaruh dari adat istiadat
dan sosial budaya masyarakat itu sendiri akan sesuatu, dengan cara
memperhatikan korelasi dari yang terlihat secara nyata (Denotasi) dengan tanda yang tersirat (Konotasi). Mitos menurut Teori Semiotika Roland
Barthes merupakan sebuah sistem komunikasi yang menjadi sebuah pesan.
Teori Semiotika Roland Barthes mengungkapkan bahwa mitos dalam
pengertian khususnya merupakan pengembangan dari konotasi. Namun
sebagai suatu sistem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan
yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem
pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula, sebuah pertanda dapat
memiliki beberapa penanda (Budiman, 2001:28). Mitos dalam Teori
Semiotika Roland Barthes dengan sendirinya berbeda dengan mitos yang kita
anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris dan lain-lainnya, tetapi mitos
menurut Teori Semiotika Roland Barthes adalah sebagai type of speech (gaya
bicara) seseorang (Vera, 2014 : 26).
Menurut (Emizir dan Rohman, 2015:50) seorang tokoh semiotik
Roland Barthes. Dengan teorinya yang mengembangkan semiotik menjadi
dua tingkatan petandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda
para realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti.
Teori semiotik lain dikemukakan oleh Roland Barthes yang
memahami suatu teks (segala teks narasi) dengan membedah teks, baris demi
baris melalui lima kode sistem, yaitu :
a. Kode Hermeuneutik yaitu kode yang memiliki beragam istilah
(formal) berupa sebuah teka-teki (enigma) dapat dibedakan, diduga,
diformulasikan, dipertahankan dan akhirnya disikapi. Kode ini juga
disebut sebagai suara kebenaran (The Voice of Truth).
b. Kode Proareatik merupakan sebuah karya fiksi seperti novel
umumnya mempunyai kode proaretik atau kode tindakan. Teori Semiotika Roland Barthes mengemukakan tidak ada karya fiksi yang
tidak memiliki kode proaretik. Kode proaretik merupakan tindakan
naratif dasar (basic narrative action). Teori Semiotika Roland
Barthes mengemukakan bahwa kode proaretik atau kode tindakan
merupakan perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya
semua teks yang bersifat naratif (Kurniawan,2001:69).
c. Kode Semik (Makna Konotatif) adalah tanda-tanda yang ditata
sehingga menjadikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaaan,
kesukuan dan loyalitas. (Octaviani dan Widowati, 2016:92).
d. Kode Simbolik merupakan sebuah makna yang terkandung suatu hal
atau keadaan yang merupakan pengantar pemahaman suatu objek.
e. Kode Gnonik (Kode kultural) adalah suatu kode ilmu pengetahuan
tentang kearifan yang terus menerus dirujuk oleh teks atau
menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu
wacana.

Music Video
Video musik, umumnya disebut dengan istilah video klip, adalah video yang mendampingi alunan lagu atau album yang dibuat untuk promosi atau nilai artistik musik. Video musik modern umumnya berguna untuk pemasaran bagi rekaman musik. Video ini mengudara di televisi musik serta layanan media mengalir seperti YouTube, atau kadang ditampilkan di bioskop. Dapat juga diterbitkan sebagai video rumahan, baik album video atau singel video.

Analisis
1. Deskripsi karya
"Love Wins All" adalah lagu dari penyanyi dan penulis lagu asal Korea Selatan IU, dirilis pada tanggal 24 Januari 2024, melalui Edam Entertainment sebagai singel utama dari album mini The Winning. Lagu ini ditulis oleh IU dan disusun oleh Seo Dong-hwan, dan singel pertamanya sebagai artis utama sejak "Winter Sleep" yang dirilis pada Desember 2021. Video musiknya dibintangi oleh IU bersama dengan anggota BTS V, yang dirilis pada tanggal yang sama.Judul lagu ini awalnya diumumkan sebagai "Love Wins" pada tanggal 15 Januari 2024,[1] sebelum diubah oleh label IU Edam menjadi "Love Wins All" sebelum dirilis karena kritik bahwa judul tersebut sudah digunakan sebagai slogan untuk memperingati legalisasi pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat pada tahun 2015.

2. Analisis Formal
Video musik "Love Wins All" oleh IU, yang menampilkan V dari BTS, merupakan representasi yang tajam dan mencolok secara visual dari tema lagu tersebut tentang cinta, kehilangan, dan ketahanan. Analisis ini akan menerapkan teori Roland Barthes tentang "kematian penulis" untuk mengkaji bagaimana elemen formal video, seperti sinematografi, penyuntingan, dan komposisi visual, berkontribusi terhadap dampak emosional dan cara video melibatkan penonton.

Death of the Author
Konsep Barthes tentang “kematian pengarang” mengisyaratkan bahwa makna sebuah teks tidak ditentukan oleh niat pengarang, melainkan diciptakan oleh penafsiran pembaca. Dalam konteks "Love Wins All", ini berarti bahwa makna video tidak semata-mata ditentukan oleh penampilan IU atau V, melainkan dibentuk oleh pengalaman pemirsa terhadap narasi dan emosi yang 

Cinematography and Visual Composition
Sinematografi video ini ditandai dengan palet warna yang kalem, dengan fokus pada warna biru dan ungu yang membangkitkan rasa melankolis. Penggunaan satu sudut kamera statis menciptakan kesan kontinuitas dan stabilitas, yang kontras dengan gejolak emosi yang diungkapkan dalam liriknya. Komposisi visualnya sederhana namun efektif, dengan fokus pada penampilan IU dan V serta latar distopia. Penggunaan bayangan dan pencahayaan menambah kedalaman dan tekstur pada pemandangan, menarik pemirsa ke dalam dunia video.

 Editing
Pengeditan dalam "Love Wins All" sangat lugas dan sederhana, dengan fokus menampilkan penampilan IU dan V. Pemotongannya halus dan mulus, dengan tempo konsisten yang mencerminkan ritme lagu. Penggunaan fade-in dan fade-out menambah kesan kontinuitas dan aliran pada video, menciptakan rasa kohesi dan kesatuan.

Aesthetic
Estetika "Love Wins All" minimalis dan bersahaja, dengan fokus pada penampilan IU dan V serta intensitas emosional dari lagu tersebut. Penggunaan satu sudut kamera statis dan palet warna yang tidak bersuara menciptakan rasa keintiman dan kerentanan, menarik pemirsa ke dalam dunia emosional IU dan V. Estetika keseluruhannya suram dan introspektif, mencerminkan tema lagu tentang patah hati dan kerinduan.

3. Interpretasi
Analisis Semiotika
Dalam lagu "Love Wins All" oleh IU, kita bisa menerapkan konsep Semiotika Roland Barthes untuk membahas konotasi, denotasi, dan mitos.
1. Denotasi:

   - Denotasi merujuk pada makna literal atau langsung dari suatu objek atau kata. Dalam lagu "Love Wins All", beberapa contoh denotasi mungkin termasuk:
     - Kata-kata seperti "love," "hope," "dream," dan "light" secara langsung merujuk pada konsep-konsep ini tanpa banyak lapisan makna tambahan.
     - Istilah-istilah seperti "battlefield," "darkness," dan "struggle" menggambarkan situasi atau kondisi yang sulit atau menantang.

2. Konotasi:

   - Konotasi adalah makna yang tersembunyi atau terkandung dalam suatu kata atau objek, yang bisa sangat dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, dan konteks individu. Dalam lagu ini, konotasi-konotasi dapat termasuk:
     - "Love" sebagai simbol universal untuk kasih sayang, kedamaian, atau kesatuan.
     - "Hope" sebagai harapan akan masa depan yang lebih baik.
     - "Light" sebagai simbol pengetahuan atau pencerahan.

3. Mitos:

   - Dalam semiotika Barthes, mitos merujuk pada representasi yang melekat dalam budaya kita tentang suatu konsep atau objek. Dalam lagu "Love Wins All," beberapa mitos yang bisa diidentifikasi:
     - Mitos cinta sebagai kekuatan yang dapat mengatasi segala rintangan atau kesulitan.
     - Mitos harapan sebagai pendorong untuk terus maju meskipun dalam kondisi sulit.
     - Mitos pencerahan atau kebenaran sebagai sumber kekuatan yang mengatasi kegelapan atau kesulitan.
Dalam analisis semiotika Barthes, kita dapat melihat bagaimana lirik-lirik dalam lagu ini tidak hanya menyampaikan makna langsungnya (denotasi), tetapi juga mengandung makna-makna lebih dalam yang terbentuk oleh konvensi budaya dan nilai-nilai yang ada (konotasi dan mitos).

Kesimpulan 
Lagu "Love Wins All" oleh IU adalah sebuah lagu yang dirilis pada 24 Januari 2024, yang menampilkan V BTS dalam video musiknya. Lagu ini berbicara tentang sepasang kekasih yang berjuang untuk saling mencintai di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan ketidakpedulian. IU mengungkapkan makna lagu ini melalui sebuah surat, di mana ia menjelaskan bahwa lagu ini bercerita tentang sepasang kekasih yang mencoba untuk saling mencintai sampai akhir di dunia yang menghalanginya. IU juga menuliskan bahwa cinta tetap memiliki peluang untuk menang meski telah hancur ataupun memudar, dan cinta akan selalu menyatu dengan keras kepala sampai akhir.

Dalam video musiknya, IU dan V dikisahkan sebagai sepasang kekasih yang menghadapi dunia pasca-apokaliptik, menceritakan kisah cinta memilukan pasangan yang dalam pelarian dan berjuang untuk bertahan hidup. Chemistry yang diperankan oleh V BTS dan IU dalam video musik tersebut sangat luar biasa, membuat penonton mv dibuat seolah sedang menyaksikan kisah sedih. Lagu ini sendiri menjadi lagu comebacknya IU setelah lebih dari 2 tahun absen, "Love Wins All" merupakan single digital ke-10 dari IU dan menjadi lagu pra-rilis dari album yang akan datang.

Referensi 
https://id.m.wikipedia.org/wiki/IU
https://www.gramedia.com/literasi/teori-semiotika/
https://www.gramedia.com/literasi/semotika/
https://www.parapuan.co/read/534000870/makna-lirik-lagu-love-wins-all-iu-yang-tampilkan-v-bts-cinta-menangkan-segala-halangan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Love_Wins_All
https://kumparan.com/berita-hari-ini/makna-lagu-love-wins-all-single-terbaru-iu-untuk-uaena-222IUbD3u7f
https://linggaupos.disway.id/read/657683/makna-lagu-love-wins-all-milik-iu-diungkapkannya-melalui-surat-dari-pengalaman-saya-kebencian-selalu-ada
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7157876/lirik-dan-makna-love-wins-all-lagu-terbaru-iu-yang-dibintangi-v-bts