Senin, 27 Mei 2024

ANALISIS SEMIOTIKA DAN KERANGKA TEORITIK DARI VIDEO KLIP IU “LOVE WINS ALL” SEBAGAI REPRESENTASI SEPASANG KEKASIH YANG MENCOBA SALING MENCINTAI SAMPAI AKHIR, MESKI HARUS MELEWATI BERBAGAI RINTANGAN.

Analisis Musik Vidio Love wins All by IU dengan teori Roland Barthes

Abstrak 
Penelitian ini menganalisis video musik 'Love Wins All' oleh IU melalui pendekatan semiotika Roland Barthes, untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi tanda-tanda dan makna yang tersembunyi dalam elemen visual lagu. Melalui teori Barthes, video musik ini dipecah menjadi dua level tanda: denotasi dan konotasi. Pada level denotasi, video tersebut menggambarkan kisah cinta dan perjuangan yang diekspresikan melalui serangkaian visual artistik dan naratif. Sementara itu, pada level konotasi, ditemukan bahwa video musik ini mengandung 
makna mendalam tentang keadilan, kebebasan, dan kemenangan cinta atas segala rintangan, yang disampaikan melalui simbolisme warna, gerakan, dan ekspresi wajah sang artis. Analisis ini menunjukkan bagaimana IU menggunakan elemen-elemen semiotik untuk mengkomunikasikan pesan-pesan sosial dan emosional. 

Pendahuluan 
Anak-anak muda saat ini mulai menggandrungi tren K-Pop. K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Lagu  K-Pop yang saat ini banyak penggemarnya hingga hampir seluruh dunia menyukainya yakni IU dengan nama asli Lee Ji Eun lahir 16 Mei 1993 adalah seorang penyanyi-penulis lagu, produser, model dan Aktris berasal dari Korea. Nama panggungnya berasal dari kata "I and You (Aku dan Kamu)" yang melambangkan bahwa "kita" dapat menjadi "satu" melalui musik. Nama klub penggemarnya yaitu UAENA, di mana setiap suku kata memiliki arti yang berbeda: "you (kamu)" dari Bahasa Inggris, "ae" adalah Sino-Korea untuk "cinta", dan "na" adalah Bahasa Korea untuk "aku". IU melakukan debut di usia 15 tahun pada 2008, di bawah naungan Leon Entertaiment (sekarang EDAM Entertaimen) sebagai penyanyi dengan album mini pertamanya Lost and Found. Meskipun album selanjutnya, Growing Up (album IU) dan IU...IM membawa kesuksesan, namun perilisan lagu "Good Day" (bahasa Korea: 좋은 날), yang merupakan single utama dari album 2010-nya, Real adalah kesuksesan besar dari penyanyi tersebut yang membuatnya mendapatkan ketenaran nasional di korea selatan. "Good Day" menghabiskan waktu lima minggu berturut-turut berada di posisi teratas Tangga Lagu Digital Gaon Korea Selatan, dan pada tahun 2019, lagu ini menduduki peringkat nomor satu dalam daftar "100 Lagu K-Pop Terbaik dekade 2010an" oleh majalah Billboard.

Musik video "Love Wins All" karya IU menawarkan ruang interpretasi yang kaya dan kompleks, yang dapat dianalisis melalui lensa teori semiotika Roland Barthes. Barthes, seorang ahli teori budaya Prancis, mengembangkan konsep bahwa tanda-tanda dalam budaya populer memiliki lapisan makna yang lebih dalam daripada yang terlihat pada pandangan pertama. Dalam analisis ini, kami akan menggali denotasi dan konotasi yang terdapat dalam visual dan lirik musik video ini. Pendekatan semiotika Barthes akan membantu mengungkapkan bagaimana elemen-elemen visual dan naratif dalam "Love Wins All" bukan hanya menyampaikan cerita cinta yang sederhana, tetapi juga memuat pesan-pesan budaya dan ideologis yang lebih luas tentang cinta dan kemenangan. Dengan demikian, analisis ini bertujuan untuk menguraikan simbolisme dan makna yang terkandung dalam karya ini, serta bagaimana IU menggunakan media ini untuk menyampaikan pandangan dan nilai-nilai tertentu kepada audiensnya.

Metode Penelitian 
Dalam menganalisis musik video 'Love Wins All' oleh IU dengan pendekatan teori Roland Barthes, penelitian ini menggunakan metode semiotika untuk mengidentifikasi simbol-simbol yang digunakan dalam video tersebut. Analisis dilakukan terhadap penggunaan warna, gerak tubuh, dan ekspresi wajah IU untuk menggambarkan konsep cinta dan kebahagiaan yang dijelaskan dalam teori Barthes tentang mitos dan kode-kode budaya yang tersembunyi dalam representasi visual.

Kerangka Teoritik 
SEMIOTIKA
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda, yang dianggap sebagai dasar konvensi sosial dan memiliki makna tertentu. Tanda dapat berupa berbagai objek, peristiwa, dan budaya yang dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Dalam kajian semiotika, fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan dianggap sebagai tanda-tanda, dan semiotika mempelajari sistem-sistem tanda yang dihasilkan oleh alam dan budaya manusia.

Menurut para ahli, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai objek, peristiwa, dan budaya sebagai tanda. Semiotika dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan tanda, dimulai dengan sistem tanda dan proses yang terlibat dalam penggunaan tanda pada akhir abad ke-18.

Charles Sanders Peirce, yang dianggap sebagai bapak semiotika modern, berusaha mengembalikan sebagian besar "sesuatu" menjadi "sesuatu dalam diri mereka", serta melakukan studi tanda untuk memahami pikiran manusia. Peirce juga membagi tanda menjadi sepuluh jenis berdasarkan segitiga model semiotika, yakni: signifier, signified, dan interpretant.

Roland Barthes juga termasuk dalam jajaran tokoh besar di dunia semiotika. Menurutnya, semiotika adalah ilmu yang digunakan untuk memaknai suatu tanda, yang mana bahasa juga merupakan susunan atas tanda-tanda yang memiliki pesan tertentu dari masyarakat. Tanda di sini juga dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah, hingga gerak tubuh. Barthes mencetuskan model analisis tanda signifikansi menjadi dua tahap atau biasanya disebut dengan "two order of signification." Dalam signifikansi tahap pertama, berupa hubungan antara petanda dan penanda dalam bentuk nyata alias denotasi, yakni makna asli yang dipahami oleh kebanyakan orang. Kemudian dalam signifikansi tahap kedua, terdapat konotasi yang menggambarkan hubungan ketika tanda tersebut bercampur dengan perasaan atau emosi.

Semiotika juga dikembangkan dan digunakan secara luas dalam berbagai bidang, seperti linguistik, sastra, arsitektur, musik, seni visual, komunikasi visual dan komunikasi non-verbal. Dalam hal ini, teori semiotika mengacu pada kehidupan manusia, yang dapat dianggap penuh dengan tanda, dan semiotika sebagai mediator tanda dalam proses komunikasi, sehingga orang disebut homo semioticus.

Dalam analisis semiotika, tanda dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri atas tiga komponen: signifier (petanda), signified (makna), dan interpretant (pemahaman). Analisis semiotika juga mempertimbangkan aspek-aspek seperti konotasi, denotasi, dan signifikansi dalam memahami makna tanda. Dengan demikian, semiotika memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana tanda digunakan dalam komunikasi manusia dan bagaimana makna diperoleh dari tanda.

Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal salah satu seorang pemikir strukturalis yang
memperaktikan model linguistik dan semiologi Saussure. Dia berpendapat
bahasa adalah sebuah sistem tanda yang memperlihatkan asumsi-asumsi dari
suatu masyarakat tertentu dalam waktu yang tertentu (Sobur, 2013:63).
Teori Semiotika Roland Barthes mengutamakan tiga pilar pemikiran yang
menjadi inti dari analisanya, yaitu makna Denotatif, Konotatif dan Mitos. Sistem
pemaknaan pertama disebut dengan Denotatif dan sistem pemaknaan yang kedua
disebut dengan Konotatif. 

Denotatif adalah sebuah makna yang terlihat jelas secara kasat mata, artinya
makna denotatif merupakan makna yang sesungguhnya atau suatu tatanan
pertama yang dimana makna tersebut bersifat tertutup, dimana makna
denotasi menghasilkan makna yang bersifat eksplisit, langsung dan pasti.
Sedangkan makna Konotatif mengungkapkan sebuah makna yang
terkandung di dalam tanda-tanda tertentu,atau suatu tanda yang penandanya
memiliki keterbukaan makna atau bisa dikatakan makna implisit. Makna
yang tidak secara langsung dan tidak pasti, artinya makna konotatif terbuka
untuk kemungkinan penafsiran-penafsiran baru. Denotasi dapat dikatakan
merupakan objektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna
subjektif dan bervariasi (Vera, 2014:26).
Selain denotasi dan konotasi, dalam Teori Semiotika Roland Barthes
tidak lepas dari mitos. Mitos adalah sebuah tanda atau makna yang
berkembang di dalam masyarakat karena adanya pengaruh dari adat istiadat
dan sosial budaya masyarakat itu sendiri akan sesuatu, dengan cara
memperhatikan korelasi dari yang terlihat secara nyata (Denotasi) dengan tanda yang tersirat (Konotasi). Mitos menurut Teori Semiotika Roland
Barthes merupakan sebuah sistem komunikasi yang menjadi sebuah pesan.
Teori Semiotika Roland Barthes mengungkapkan bahwa mitos dalam
pengertian khususnya merupakan pengembangan dari konotasi. Namun
sebagai suatu sistem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan
yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem
pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula, sebuah pertanda dapat
memiliki beberapa penanda (Budiman, 2001:28). Mitos dalam Teori
Semiotika Roland Barthes dengan sendirinya berbeda dengan mitos yang kita
anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris dan lain-lainnya, tetapi mitos
menurut Teori Semiotika Roland Barthes adalah sebagai type of speech (gaya
bicara) seseorang (Vera, 2014 : 26).
Menurut (Emizir dan Rohman, 2015:50) seorang tokoh semiotik
Roland Barthes. Dengan teorinya yang mengembangkan semiotik menjadi
dua tingkatan petandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda
para realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti.
Teori semiotik lain dikemukakan oleh Roland Barthes yang
memahami suatu teks (segala teks narasi) dengan membedah teks, baris demi
baris melalui lima kode sistem, yaitu :
a. Kode Hermeuneutik yaitu kode yang memiliki beragam istilah
(formal) berupa sebuah teka-teki (enigma) dapat dibedakan, diduga,
diformulasikan, dipertahankan dan akhirnya disikapi. Kode ini juga
disebut sebagai suara kebenaran (The Voice of Truth).
b. Kode Proareatik merupakan sebuah karya fiksi seperti novel
umumnya mempunyai kode proaretik atau kode tindakan. Teori Semiotika Roland Barthes mengemukakan tidak ada karya fiksi yang
tidak memiliki kode proaretik. Kode proaretik merupakan tindakan
naratif dasar (basic narrative action). Teori Semiotika Roland
Barthes mengemukakan bahwa kode proaretik atau kode tindakan
merupakan perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya
semua teks yang bersifat naratif (Kurniawan,2001:69).
c. Kode Semik (Makna Konotatif) adalah tanda-tanda yang ditata
sehingga menjadikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaaan,
kesukuan dan loyalitas. (Octaviani dan Widowati, 2016:92).
d. Kode Simbolik merupakan sebuah makna yang terkandung suatu hal
atau keadaan yang merupakan pengantar pemahaman suatu objek.
e. Kode Gnonik (Kode kultural) adalah suatu kode ilmu pengetahuan
tentang kearifan yang terus menerus dirujuk oleh teks atau
menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu
wacana.

Music Video
Video musik, umumnya disebut dengan istilah video klip, adalah video yang mendampingi alunan lagu atau album yang dibuat untuk promosi atau nilai artistik musik. Video musik modern umumnya berguna untuk pemasaran bagi rekaman musik. Video ini mengudara di televisi musik serta layanan media mengalir seperti YouTube, atau kadang ditampilkan di bioskop. Dapat juga diterbitkan sebagai video rumahan, baik album video atau singel video.

Analisis
1. Deskripsi karya
"Love Wins All" adalah lagu dari penyanyi dan penulis lagu asal Korea Selatan IU, dirilis pada tanggal 24 Januari 2024, melalui Edam Entertainment sebagai singel utama dari album mini The Winning. Lagu ini ditulis oleh IU dan disusun oleh Seo Dong-hwan, dan singel pertamanya sebagai artis utama sejak "Winter Sleep" yang dirilis pada Desember 2021. Video musiknya dibintangi oleh IU bersama dengan anggota BTS V, yang dirilis pada tanggal yang sama.Judul lagu ini awalnya diumumkan sebagai "Love Wins" pada tanggal 15 Januari 2024,[1] sebelum diubah oleh label IU Edam menjadi "Love Wins All" sebelum dirilis karena kritik bahwa judul tersebut sudah digunakan sebagai slogan untuk memperingati legalisasi pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat pada tahun 2015.

2. Analisis Formal
Video musik "Love Wins All" oleh IU, yang menampilkan V dari BTS, merupakan representasi yang tajam dan mencolok secara visual dari tema lagu tersebut tentang cinta, kehilangan, dan ketahanan. Analisis ini akan menerapkan teori Roland Barthes tentang "kematian penulis" untuk mengkaji bagaimana elemen formal video, seperti sinematografi, penyuntingan, dan komposisi visual, berkontribusi terhadap dampak emosional dan cara video melibatkan penonton.

Death of the Author
Konsep Barthes tentang “kematian pengarang” mengisyaratkan bahwa makna sebuah teks tidak ditentukan oleh niat pengarang, melainkan diciptakan oleh penafsiran pembaca. Dalam konteks "Love Wins All", ini berarti bahwa makna video tidak semata-mata ditentukan oleh penampilan IU atau V, melainkan dibentuk oleh pengalaman pemirsa terhadap narasi dan emosi yang 

Cinematography and Visual Composition
Sinematografi video ini ditandai dengan palet warna yang kalem, dengan fokus pada warna biru dan ungu yang membangkitkan rasa melankolis. Penggunaan satu sudut kamera statis menciptakan kesan kontinuitas dan stabilitas, yang kontras dengan gejolak emosi yang diungkapkan dalam liriknya. Komposisi visualnya sederhana namun efektif, dengan fokus pada penampilan IU dan V serta latar distopia. Penggunaan bayangan dan pencahayaan menambah kedalaman dan tekstur pada pemandangan, menarik pemirsa ke dalam dunia video.

 Editing
Pengeditan dalam "Love Wins All" sangat lugas dan sederhana, dengan fokus menampilkan penampilan IU dan V. Pemotongannya halus dan mulus, dengan tempo konsisten yang mencerminkan ritme lagu. Penggunaan fade-in dan fade-out menambah kesan kontinuitas dan aliran pada video, menciptakan rasa kohesi dan kesatuan.

Aesthetic
Estetika "Love Wins All" minimalis dan bersahaja, dengan fokus pada penampilan IU dan V serta intensitas emosional dari lagu tersebut. Penggunaan satu sudut kamera statis dan palet warna yang tidak bersuara menciptakan rasa keintiman dan kerentanan, menarik pemirsa ke dalam dunia emosional IU dan V. Estetika keseluruhannya suram dan introspektif, mencerminkan tema lagu tentang patah hati dan kerinduan.

3. Interpretasi
Analisis Semiotika
Dalam lagu "Love Wins All" oleh IU, kita bisa menerapkan konsep Semiotika Roland Barthes untuk membahas konotasi, denotasi, dan mitos.
1. Denotasi:

   - Denotasi merujuk pada makna literal atau langsung dari suatu objek atau kata. Dalam lagu "Love Wins All", beberapa contoh denotasi mungkin termasuk:
     - Kata-kata seperti "love," "hope," "dream," dan "light" secara langsung merujuk pada konsep-konsep ini tanpa banyak lapisan makna tambahan.
     - Istilah-istilah seperti "battlefield," "darkness," dan "struggle" menggambarkan situasi atau kondisi yang sulit atau menantang.

2. Konotasi:

   - Konotasi adalah makna yang tersembunyi atau terkandung dalam suatu kata atau objek, yang bisa sangat dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, dan konteks individu. Dalam lagu ini, konotasi-konotasi dapat termasuk:
     - "Love" sebagai simbol universal untuk kasih sayang, kedamaian, atau kesatuan.
     - "Hope" sebagai harapan akan masa depan yang lebih baik.
     - "Light" sebagai simbol pengetahuan atau pencerahan.

3. Mitos:

   - Dalam semiotika Barthes, mitos merujuk pada representasi yang melekat dalam budaya kita tentang suatu konsep atau objek. Dalam lagu "Love Wins All," beberapa mitos yang bisa diidentifikasi:
     - Mitos cinta sebagai kekuatan yang dapat mengatasi segala rintangan atau kesulitan.
     - Mitos harapan sebagai pendorong untuk terus maju meskipun dalam kondisi sulit.
     - Mitos pencerahan atau kebenaran sebagai sumber kekuatan yang mengatasi kegelapan atau kesulitan.
Dalam analisis semiotika Barthes, kita dapat melihat bagaimana lirik-lirik dalam lagu ini tidak hanya menyampaikan makna langsungnya (denotasi), tetapi juga mengandung makna-makna lebih dalam yang terbentuk oleh konvensi budaya dan nilai-nilai yang ada (konotasi dan mitos).

Kesimpulan 
Lagu "Love Wins All" oleh IU adalah sebuah lagu yang dirilis pada 24 Januari 2024, yang menampilkan V BTS dalam video musiknya. Lagu ini berbicara tentang sepasang kekasih yang berjuang untuk saling mencintai di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan ketidakpedulian. IU mengungkapkan makna lagu ini melalui sebuah surat, di mana ia menjelaskan bahwa lagu ini bercerita tentang sepasang kekasih yang mencoba untuk saling mencintai sampai akhir di dunia yang menghalanginya. IU juga menuliskan bahwa cinta tetap memiliki peluang untuk menang meski telah hancur ataupun memudar, dan cinta akan selalu menyatu dengan keras kepala sampai akhir.

Dalam video musiknya, IU dan V dikisahkan sebagai sepasang kekasih yang menghadapi dunia pasca-apokaliptik, menceritakan kisah cinta memilukan pasangan yang dalam pelarian dan berjuang untuk bertahan hidup. Chemistry yang diperankan oleh V BTS dan IU dalam video musik tersebut sangat luar biasa, membuat penonton mv dibuat seolah sedang menyaksikan kisah sedih. Lagu ini sendiri menjadi lagu comebacknya IU setelah lebih dari 2 tahun absen, "Love Wins All" merupakan single digital ke-10 dari IU dan menjadi lagu pra-rilis dari album yang akan datang.

Referensi 
https://id.m.wikipedia.org/wiki/IU
https://www.gramedia.com/literasi/teori-semiotika/
https://www.gramedia.com/literasi/semotika/
https://www.parapuan.co/read/534000870/makna-lirik-lagu-love-wins-all-iu-yang-tampilkan-v-bts-cinta-menangkan-segala-halangan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Love_Wins_All
https://kumparan.com/berita-hari-ini/makna-lagu-love-wins-all-single-terbaru-iu-untuk-uaena-222IUbD3u7f
https://linggaupos.disway.id/read/657683/makna-lagu-love-wins-all-milik-iu-diungkapkannya-melalui-surat-dari-pengalaman-saya-kebencian-selalu-ada
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7157876/lirik-dan-makna-love-wins-all-lagu-terbaru-iu-yang-dibintangi-v-bts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar